Rabu, 13 Juni 2012

PEMBERDAYAAN PETANI TAMBAK BANDENG DENGAN SISTEM MANAJEMEN PENDIDIKAN PARTISIPATIF DI KABUPATEN LAMONGAN


THE EMPOWERMENT OF MILKFISH POND FARMER WITH PARTICIPATIVE EDUCATION MANAGEMENT SYSTEM IN LAMONGAN REGENCY
Ya’kub1) , Rudianto 2) , Jenny Ermawati 3)

ABSTRAC

          The empowerment of milkfish pond farmer with participative education management system in Lamongan regency  has an aim to know the potential of milkfish pond agriculture, the cause indolence of their income and participative education applied to the milkfish pond farmer in empowering them. The research result shows that the potencial of  milkfish pond agriculture in Lamongan regency supported by good human resources and natural resources. The number of milkfish pond farmers is 345, 895 people. Their education background are junior high school graduates on the average, the infrastructures their own are enough. Their land is 1 hectare per farmer on the average but they are very indolent to in crease their income because of the low productivity ( 1.838 ton / ha / year ). The price of the milkfish production is low ( 7,390 rupiahs/kg ), the quality of product cannot meet the market demand ( 10-12 fish / kg ), sale of product is ijon system ( sold and paid before harvest time ), while the particitative education management system is still in initial level. If this matter keeps continuing, the milkfish pond farmer will keep suferrring losses, they become poor. There fore, they must be impowerred with partisipative education managemen system to the emancipatory level with their suitable material the potensial,  the problem and the need of milkfish pond famers. Such as,  the way of in creasing the production, the way of managing the product and way of organizing market net that penetrates other regencies / town.
Key word : fish pond, indolend, capacity, participative

1)  Post graduate student of education planning FTUB
2)  Lecturer, chief of advisor commission
3)  Lecturer, a member of advisor commission.


PEMBERDAYAAN PETANI TAMBAK BANDENG
DENGAN SISTEM MANAJEMEN PENDIDIKAN PARTISIPATIF
DI KABUPATEN LAMONGAN
Ya’kub1) , Rudianto 2) , Jenny Ermawati 3)

ABSTRAK  

Pemberdayaan Petani Tambak Bandeng dengan Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif bertujuan mengetahui potensi pertanian tambak bandeng, penyebab kelambanan peningkatan penghasilan mereka dan sistem pendidikan partisipatif yang diterapkan kepada petani tambak bandeng dalam memberdayakannya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pertanian tambak di kabupaten Lamongan didukung oleh SDM dan SDA yang baik, Jumlah petani tambak bandeng 345.895 orang, pendidikannya rata – rata lulus SLTP, sarana prasarana yang dimiliki cukup, lahan garapan  rata- rata 1 Ha / Petambak, tapi sangat lamban dalam meningkatkat penghasilan mereka, karen  produktifitas rendah ( 1,838 Ton / Ha / Tahun ), harga hasil produksi rendah ( Rp 7. 390,00 / Kg ), kualitas hasil produksi tidak memenuhi permintaan pasar ( 10 – 12 ekor / Kg ),cara penjualan hasil produksi sistem Ijon, sedangkan sistem manajemen pendidikan partisipatifnya masih tingkat inisial. Bila hal ini terus berlanjut, maka petani tambak bandeng akan terus menderita kerugian, akan menjadi miskin, oleh karena itu maka harus diberdayakan dengan sistem manajemen pendidikan partisipatif  ke tingkat emansipatoris dengan materi sesuai aspirasi, potensi, masalah dan kebutuhan petani tambak bandeng, yakni: cara meningkatkan hasil produksi, cara pengelolaan hasil produksi dan cara membentuk jaringan pasar yang menebus daerah antar Kabupaten / Kota.
Kata kunci : tambak, lamban, daya, partisipatif

1) Mahasiswa Pasca Sarjana Perencanaan Pendidikan  FTUB
2) Dosen Ketua Komisi Pembimbing
3) Dosen Anggota Komisi Pembimbing


I.  PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
      Pemberlakuan Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, memberikan peluang seluas – luasnya kepada daerah disertai pemberian hak dan kewajiban untuk  menyelenggarakan dan mengatur rumah tangganya sendiri, sehingga ada keseimbangan antara pemerintah pusat dan daerah,      Rozali
(  2007 ) . Otonomi daerah diharapkan juga dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat yang berdasar keadilan.
           Selanjutnya Undang - Undang  No.33 / 2004, tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, membawa perubahan besar pada sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik menuju desentralistik.            
         Setiap daerah mempunyai keunggulan potensi yang perlu dikembangkan.Dalam mengembangkan keberagaman potensi dan keunggulan daerah,  perlu mendapatkan perhatian secara khusus dari pemerintah daerah, agar masyarakat  tidak asing dengan daerahnya sendiri dan faham betul tentang potensi dan nilai-nilai serta budaya daerahnya sendiri, sehingga masyarakat dapat mengembangkan dan memberdayakan potensi daerahnya sesuai dengan tuntutan ekonomi global . Diharapkan dengan ekonomi global tersebut, masing-masing daerah ingin berlomba bersaing dengan negara lain untuk memasarkan keunggulan daerahnya sendiri, Dwitagama, dalam Suharso ( 2007 )
Dalam rangka mewujudkan keberdayaan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di daerah, maka penerapan otonomi daerah perlu didukung oleh Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif, Badan Pemberdayaan Masyarakat Lamongan( 2007 ). Selanjutnya dalam pelaksanaan pembangunnan partisipatif, diperlukan Sistem Manajeman Penddikan Partisipatif. Melalui pengembangan Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif, pada tataran masyarakat, ditumbuhkan perilaku masyarakat yang jujur dan terbuka.  Kemasyarakatan, dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang partisipasi warga masyarakat dalam proses pengambilan keputusan bagi kepentingan bersama. Pembangunan manajemen daerah secara esensial harus memiliki visi pemberdayaan dan kemandirian, dengan pola pengelolaan yang lebih efektif dan efisien, optimal serta demokratis.
Kondisi  Sumber Daya Alam kabupaten Lamongan sangat luas, yaitu luas 1.812,80 km2 dengan  27 kecamatan, yang berupa dataran dengan kemiringan 0-2% seluas 131.352 hektar  dari 181.280  hektar  yakni  72.47 %,  yang tersebar di setiap kecamatan. Artinya hampir di setiap kecamatan dapat dikembangkan sebagai lahan pertanian padi dan perikanan darat..
Secara geografis kondisi wiilayah  kabupaten Lamongan, dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
 1. Bagian Tengah - selatan, merupakan dataran rendah yang  relatif subur, membentang dari kecamatan Kedungpring, Babat, Sugio, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sarirejo dan Kembangbahu.
2. Bagian Selatan - utara merupakan daerah pegunungan kapur berbatuan, tingkat kesuburannya kategori sedang, mulai dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk,  Sukorame, Modo, Brondong, Paciran dan Solokuro
3.      Bagian Tengah - utara, merupakan dataran bonorowo, mulai dari Kecamatan  Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah,Turi, Karangbinangun dan Glagah
Sementara  masyarakat  yang hidup dalam keadaan miskin dan miskin sekali sebanyak 8,16 %  terutama wilayah tengah utara, daerah tambak dan sawah tambak, jumlah prosentase penduduk miskinnya 9,59 %  BPS Kabupaten Lamongan ( 2006 ), yang perlu penanganan, terutama dalam pemberdayaan SDM.
          Potensi unggul kabupaten Lamongan adalah perikanan, baik darat maupun perikanan laut, Dinas Perikanan dan kelautan kabupaten Lamongan ( 2007) . Menurut luas lahan budi daya dan kuantitas produksi, sawah tambak bandeng , menempati urutan yang ke-1, yakni 23.603,62 Ha, Lamongan Dalam            Angka
(2006 ).
       Peningkatan pendapatan petani hanya 1,18 %, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan ( 2007 ).
              Hasil produksi petani tambak bandeng  kabupaten Lamongan, dari segi kualitas dan kuantias belum mencapai standar.
Kualitas hasil produksi, tidak mencapai standar permintaan pasar, yaitu 4 – 6 ekor / Kg, sehingga harga juga tidak standar, yaitu Rp 6.000,00 – Rp 10.000,00. sementara harga standar bisa mencapai Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00 menurut Pedagang Ikan di pasar  ikan Lamongan, Maimunah ( 2008 ).
Kuantitas hasil produksi juga belum maksimal, terbukti, belum bisa memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar , baik lokal apalagi antar daerah.
Kebutuhan lokal saja, bila menurut standar konsumsi ikan Nasional, dibutuhkan ikan sebanyak  30 Kg x 1.235.152 orang = 37. 054. 560 Kg = 37.054 Ton. Sementara hasil produksi ikan  sawah tambak baru 23.216,66 Ton / Tahun,Lamongan Dalam Angka ( 2006 ).
Apalagi, kalau dibanding dengan standar kebutuhan manusia akan daging ikan, yaitu 260 g / orang / hari – 315 g / orang / hari atau 95 Kg / orang / tahun – 115 Kg / orang / tahun, Adawyah ( 2007 ), maka standar kuantitas produksi masih sangat kurang.
          Sistem pemasaran hasil produksi, dengan sistem ijon atau dengan sistem langsung di timbang di tambak, harga ditentukan oleh tengkulak setelah pulang dari pasar, sehingga harga ditentukan oleh tengkulak tidak ada harga tawar, menurut Petani Tambak, Muflih  ( 2008 ).
            Kualitas hasil produksi tidak memenuhi standar kualitas dan kuantitas, pemasaran sistem ijon, peningkatan penghasilan tidak bisa mencukupi kebutuhan minimal, semua kelemahan ini, disebabkan SDM   dan SDA petani tambak belum diberdayakan secara memadai.      
Untuk meningkatkan penghasilan petani tambak, maka diperlukan pemberdayaan SDM dan SDA yang tersedia, secara maksimal. SDA hanya dapat diberdayakan oleh orang yang berdaya. Dalam memberdayakan potensi wilayah, diperlukan strategi yang tepat. Strategi pembangunan  ada empat, yaitu: Pertumbuhan Produk Domistik (PDB), Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Peningkatan Kualitas SDM dan Peningkatan Daya Saing,  Sasmita ( 2005  ).
 Seseorang bisa berdaya, bila memiliki pendidikan yang memadai, pendidikan bisa bermanfaat, bila sesuai dengan potensi dan harapan yang dimiliki, Suman  ( 2007 ). sehingga diperlukan sistem manajemen pendidikan partisipatif yang sesuai dengan tuntutan, agar petani tambak bandeng, mampu meningkatkan standar kualitas dan kuantitas hasil produksi, pengelolahan hasil produksi dan sistem pemasarannya.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka penulis mengangkat proposal tesis yang berjudul ” Pemberdayaan Petani Tambak Bandeng dengan Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif  di Kabupaten Lamongan”.
1.2.  Rumusan Masalah
             Rumusan masalah yang akan diteliti  adalah:
1.      Bagaimana potensi  pertanian tambak bandeng di kabupaten Lamongan?
2.      Mengapa peningkatan penghasilan petani tambak bandeng lamban, di  kabupaten  Lamongan?
3.  Bagaimana pelaksanaan sistem       manajemen pendidikan partisipatif  petani      tambak bandeng di kabupaten Lamongan ?
1.3.  Tujuan   Penelitian
         1. Mengidentifikasi potensi pertanian    
             tambak bandeng di kabupaten      
             Lamongan
2. Mengetahui penyebab kelambanan
 peningkatan penghasilan petani tambak      
 bandeng di kabupaten Lamongan.
3. Mengetahiu pelaksanaan sistem manajemen pendidikan partisipatif petani tambak bandeng  di kabupaten Lamongan. 
1.4.  Manfaat Penelitian
   1.Bagi Instansi Pemerintah, sebagai informasi empirik kepada para pengambil  kebijakan daerah, dalam  meningkatkan penghasilan  petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan;
2.Bagi Akademis, memberikan gambaran  Sistem   Pemberdayaan Petani Tambak  Bandeng dengan Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif ( SMPP), untuk kajian sejenis.
           Penelitian dilakukan di kabupaten Lamongan, yaitu Kecamatan Laren, Maduran, Sekaran, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah.
1.5. Landasan Teori
        1.  Definisi pemberdayaan
         Beberapa ahli di bawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan, Suharto ( 2006):
1).Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung, Ife, dalam Suharto ( 2006).
2).        Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap,  kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang   mempengaruhi   kehidupannya.   Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiaanya, Parson, et al, dalam Suharto ( 2006 ).
3).Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan rnelalui pengubahan struktur sosial, Swift dan Levin, dalam Suharto ( 2006 ).
4).Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya, Rappaport, dalam Suharto ( 2006 ).
Dengan demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
2.  Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif
    ( SMPP )
1).  Pengertian dan konsep
          Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif adalah  sistem perencanaan, pelaksaan, penganggaran, pengendalian dan pengawasan pendidikan yang digagas oleh masyarakat, dengan mendayagunakan potensi lokal yang difasilitasi secara sinergis oleh segenap pemeran pendidikan.
2).  Prinsip  SMPP, Depdiknas ( 2001 )
       a. Partisipatif;
       b. Berbasis kemampuan Lokal;
       c. Proses pembelajaran yang mengakui  
           potensi;
       d. Akseptabel ( dasar konsensus );
       e. Keterpaduan( mengoptimalkan kerja   
           sama );
       f.. Keberpihakan ( pemberdayaan
           kelompok bawah );
       g. Keterbukaan ( mendorong partisipasi );
       h.Akuntabel(dapat dipertanggung jawabkan );
       i. Bekelanjutan (pengembangan program ).
3).  Komponen SMPP meliputi:
      a.  Input
      b.  Proces
   c.  Out Pu 
d.  Out Come
e.   Benefit
4). Tahapan Pelaksanaan SMPP
       Menurut  Pranaka  dan  Priyono (1996) proses pemberdayaan (dengan SMPP) terhadap  kelompok / masyarakat melalui tahap :
a.  Tahap Inisial
      Berasal dari pemerintah oleh pemerintah dan diperuntukan bagi kelompok / masyarakat. Pada tahap ini kelompok / masyarakat cenderung bersifat pasif, melaksanakan apa yang direncanakan oleh pemerintah dan sangat tergantung pada pemerintah.
b.  Tahap Partisipatoris
   Berasal dari pemerintah bersama kelompok / masyarakat, oleh pemerintah bersama kelompok / masyarakat. Pada tahap ini kelompok / masyarakat sudah dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pendidikan, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengendalian.
c..  Tahap Emansipatoris
      Berasal dari masyarakat / kelompok, oleh kelompok / masyarakat dan untuk kelompok / masyarakat. Pada tahap ini kelompok / masyarakat cenderung    sudah mandiri dan  memiliki  kemampuan untuk mengaktualisasi diri dalam mengembangkan  potensinya  secara maksimal.
II.  METODE  PENELITIAN

2.1. Rancangan Penelitian 

      Penelitian  ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif, untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan pada rumusan masalah.
2.2.  Tahap penelitian pendahuluan
          Penelitian pendahuluan untuk memperoleh gambaran umum tentang:
       1. Potensi pertanian tambak bandeng di   
           kabupaten Lamongan;
       2. Penyebab kelambanan  peningkatan  
           penghasilan petani tambak bandeng, di  
           kabupaten  Lamongan;
       3. Pelaksanaan Sistem manajemen  pendidikan partisipatif petani tambak bandeng, di kabupaten Lamongan.
       2.3. Tahap  penelitian lanjutan
     untuk   mencari  informasi dari berbagai sumber meliputi:
1). Data sekunder di Dinas Perikanan dan Kelautan. melalui pengkajian data jumlah kelompok petani tambak, lahan tambak, jumlah petani tambak dan lembaga pendukungnya.
 2). Data primer melalui penyebaran angket dan wawancara  kepada petani tambak yang digunakan untuk mengetahui tingkat pendidikan, biaya investasi, biaya produksi, kualitas dan kuantitas hasil produksi, sistem penjualan dan sistem manajemen  pendidikan partisipatif petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan.
 3). Crossing  data wawancara dari penentu kebijakan, untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sistem pemberdayaan petani tambak  di kabupaten Lamongan dan permasalahannya yang berhubungan dengan  sistem manajemen  pendidikan partisipatif.

2.4.Obyek Penelitian

      Objek penelitian adalah   petani tambak bandeng di wilayah kabupaten Lamongan, sedangkan  tenaga setruktural  adalah penanggung jawab dan penentu kebijakan di bidang perikanan, Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Lamongan. Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan studi dokumentasi, pengamatan,  penyebaran angket dan wawancara.
2.5.Variabel Penelitian
      1. Potensi pertanian tambak, yang
    meliputi:
1).  Luas lahan garapan;
2). Produktifitas;
3). Harga hasil produksi ( price );
4). Sistem penjualan ( Marketing );
5). Lembaga pendukung dan tingkat  
       pendidikan petani tambak.
     2. Penyebab kelambanan peningkatan penghasilan petani tambak, meliputi:
       1). Luas lahan garapan;
       2).Standar kualitas dan kuantitas hasil   
           produksi;
       3). Harga jual hasil produksi;
       4). Tingkat pendidikan petani tambak.
       5).  Usaha tambak bandeng ,      
              meliputi:
              a. Analisis Biaya, terdiri dari: Biaya      
  Investasi, Biaya Tetap, Biaya    
  Variabel, Modal Usaha,      
  Penerimaan  dan Keuntungan.
                 b. Kelayakan Investasi, dengan   
                     analisis:   
                  Analisis Break Even Point
           ( BEP)  Analisis Retern of  
           Invesment  ( ROI ); Analisis Return
           of Cost   Ratio ( R /C ).
   3. Deskripsi Pelaksanaan sistem manajemen pendidikan partisipatif petani tambak  di kabupaten Lamongan, meliputi:
      1). Perencanaan;
      2). Pelaksanaan;
      3).  Penganggaran;
      4). Pengawasan;
      5). Pertanggungjawaban.
2.6.  Populasi dan Sampel
1.  Populasi
     Populasi penelitian ini adalah komunintas petani tambak   di Kabupaten Lamongan di  delapan  Kecamatan,  terdiri 165 Desa dengan penduduk 345.895 orang ( BPS, 2006 ).
2.  Sampel
Peneliti menetapkan secara acak delapan Desa yang tersebar di wilayah delapan kecamatan di kabupaten Lamongan sebagai sampel.
Desa yang terpilih sebagai sampel, ditetapkan 12 / 13 Kepala Keluarga sebagai sampel yang ditetapkan dengan angka randum.
Pengambilan data informasi kepada responden  sebagai sampel penelitian  dihitung  dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Slove, dalam Surjono (2008), dengan rumus berikut:   
                N
  n  =     
         1+ N(e)2                     
Keterangan  :       
n  =  ukuran sampel
N =  ukuran populasi
e  =  margin error 10 %
        Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel  n = 99,971(dibulatkan 100 )    dari populasi    345.895    orang, dengan tingkat margin error sebesar 10 %. Jadi angket yang disebarkan kepada responden  minimum sebanyak 100  eksemplar,   dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap I:  menetapkan wilayah studi, yakni kecamatan Sekaran,  Maduran,     
Laren,   Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun  dan  Glagah.
2. Tahap II: menetapkan keterwakilan wilayah studi  dari   delapan             kecamatan terhitung dengan random sampling..
3. Tahap III: menentukan responden dari komunitas petani tambak yang   berdomisili di desa  terpilih dengan angka randum,
2.7. Metode Pengumpulan Data
1. Angket
Angket  ini berisi data pribadi, tingkat pendidikan, luas lahan garapan, Luas lahan garapan, produktifitas, harga hasil produksi,  
sistem penjualan hasil produksi, Biaya Investasi, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Sarana prasarana, kondisi sosial ekonomi dan pelaksanaan SMPP untuk petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan. Angket disebar ke Desa terpilih, seperti namapk pada peta berikut:











Gambar: 2.1
Peta Daerah Penelitian Di Kabupaten Lamongan
2. Wawancara
          Wawancara untuk mendapatkan data penyebab kelambanan peningkatan penghasilan petani tambak dan pelaksanaan sistem manajemen pendidikan partisipatif petani tambak eksiting, baik yang dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan maupun swadaya.
3. Dokumentasi
          Data yang diambil dengan metode Dokumentasi, meliputi: a. Gambaran umum kabupaten Lamongan; b. Potensi SDA, SDM Perikanan darat di kabupaten Lamongan; c. Sistem pemberdayaan  petani tambak ; d. Sistem manajemen pendidikan partisipatif eksiting.
4. Observasi
         Metode Observasi digunakan oleh  peneliti dalam menggalih data yang berkaitan dengan: a. Lahan pertambakan; b. Hasil produksi ( kualitas, kuantitas ).
2.8. Metode Pengolahan Data
       Metode yang digunakan penulis, dalam mengolah data adalah sebagai berikut:
1. Diskriptif, untuk mengetahui potensi pertanian tambak bandeng di kabupaten     Lamongan, melputi: Luas lahan garapan, produktifitas, harga hasil produksi,  
sistem penjualan hasil produksi, lembaga pendukung dan tingkat pendidikan  petani tambak.
2.Diskriptif evaluatif untuk penyebab kelambanan peningkatan penghasilan petani tambak, meliputi:
     1). Luas garapan; standar Nasional
     2). Standar kualitas dan kuantitas hasil    
          produksi; dengan standar kebutuhan  
          pasar;
     3). Tingkat pendidikan;standar tingkat
          pendidikan nasional;
     4). Analisis usaha tambak   bandeng ,   
          meliputi:
          a. Analisis Biaya, terdiri dari: Biaya
              Investasi, Biaya Tetap, Biaya
              Variabel, Modal Usaha, Penerimaan               
              dan Keuntungan.
             b. Kelayakan Investasi, dengan analisis:
                 Analisis Break Even Point
                     ( BEP)  Analisis Retern of Invesment    
                     ( ROI ); Analisis Return of Cost   
                  Ratio  ( R / C ).
3. Deskripsi pelaksanaan sistem manajemen pendidikan partisipatif petani  tambak bandeng di kabupaten Lamongan, meliputi:
1). Perencanaan; 2). Pelaksanaan;
3).  Penganggaran; 4). Pengawasan  dan 5). Pertanggungjawabannya,  dianalisis dengan analisis Model Interaktif, sedangkan penegembangan SMPP demgan analisis SWOT
2.9. Analisis Usaha Perikanan
   1. Analisis biaya, meliputi:
       1). Biaya Investasi (modal Awal);
       2). Biaya Tetap;
       3). Biaya Variabel
  2. Kelayakan Investasi
Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan investasinya. Perhitungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha perikanan . Perhitungan biaya yang sering dilakukan, yaitu Break Event Point (BEP), Return of Investment ( ROI ), dan Benefit Cost Ratio ( R / C).
1). Break event point ( BEP )
                                         Total Biaya
BEP Produksi            =               
                                       Harga Jual ( Kg )
   BEP Harga                 =        
2).  Return of invesment ( ROI )
Return of invesment merupakan nilai keuntungan yang diperoleh penguasaha dari setiap jumlah uang yang di investasikan dalam periode waktu tertentu.
Besarnya ROI dapat diproleh dengan rumus berikut ini.
Text Box:                        

                              
 






ROI menunjukkan bahwa setiap Rp. 100 modal yang ditanam pengusaha aka menghasilkan kentungan sebesar yang ditunjukkan oleh hasil ROI
3).  Return cost ratio ( R / C )
          Dengan R/C ini bisa dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya lebih dari 1 berarti usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Semakin kecil nilai rasionya, semakin besar kemungkinan perusahaan menderita kerugian.
Rumus R / C sebagaiberikut :
Text Box:  

         
 




Nilai  R / C rasio menunjukkan bahwa setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1.000 maka akan diperoleh tambahan penerimaan sebesar Nilai R / C yang terhitung.
2.10. Analisis Model Interaktif
        Analisis model interaktif, menurut Miles dan Huberman, dalam Darmaji
( 2002 ), terdiri dari 4 alur kegiatan, yaitu  data collecting ( pengumpulan data ), data reduction ( reduksi data ), data display ( penyajian data ) dan penarikan kesimpulan, meliputi penggambaran atau verifikasi. Untuk arahan dan pengembangan SMPP dengan analisis SWOT
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Wilayah Penelitian
        Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6° 51’54” sampai dengan 7° 23’ 6” Lintang Selatan dan diantara garis bujur timur 122° 4’ 4” sampai 122° 33’ 12” Kabupaten Lamongan memiliki luas  wilayah kurang lebih 1.812,8km²  atau +3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari permukaan laut.  Lamongan Dalam Angka ( 2007 ).
           Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar  daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:
1. Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendah yang relatif   agak subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu.
2. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro.
3. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinagun, Glagah,
 Lamongan Dalam Angka  ( 2006 ).
          Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan, dapat dilihat dalam peta berikut

Sumber : Lamongan Dalam Angka 2006
Gambar :  3.2
Peta Administrsi Kabupaten Lamongan

        Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng,Glagah, Karangbinagun,Mantup, Sugio, Kedongpring, Sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng, sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adalah sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemirimgan lahan 40% lebih
3.2.  Analisis Potensi Pertanian  Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan  
1. Potensi sumber daya manusia
   1). Penduduk di kawasan pertambakan adalah 345.895  Jiwa ( 29 % ) dari jumlah penduduk kabupaten Lamongan dengan komposisi  164.368  laki – laki ( 48 % ) dan 181.527 ( 52 % ) perempuan. Tingkat Pendidikan petani tambak bandeng, seperti terlihat pada gambar berikut:


 







Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )
Gambar: 3.3
Tingkat Pendidikan Petani Tambak Bandeng
Di Kabupaten Lamongan

         Dengan data tersebut, dapat disimpulkan, bahwa pendidikan formal petani tambak relatif tinggi, yakni rata – rata SLTP, setara standar pendidikan Nasional ( Wajar 9 tahun ).
2.  Lembaga Pendukung
     1).  Dinas Perikanan dan Kelautan Kabpaten Lamongan
a.       Personil
Persnil Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan berjumlah 105 orang dengan pendidikan rata – rata S1, pendidikan personil Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan 69 orang berpendidikan tinggi ( 65,22 % ), yang berpendidikan SLTA , 33 orang ( 31,13 % ), sedangkan yang berpendidikan SLTP dan SD hanya 4 orang ( 3,90 % ).
b.       Sarana dan Prasarana
         Sarana dan prasarana pendukung kegiatan Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Lamongan dalam keadaan baik  80 % , yang rusak hanya 20 %.
c. Pembiayaan
Sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten Lamongan APBD Propinsi maupun APBN.
          Anggaran untuk pemberdayaan masyarakat perikanan baik laut maupun darat sangat kurang, yakni hanya 0,3 % (Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan ).
d. Aspek strategis organisasi
Letak Kabupaten Lamongan yang strategis dan berdekatan dengan Ibu kota Propinsi Jawa Timur dan merupakan jalur lalu lintas yang lancar baik darat maupun laut, masih tersedianya lahan pengembangan dan peningkatan budidaya ikan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan yang masih bisa dioptimalkan.
2). Kelompok petani tambak di kabupaten Lamongan      
               Kelompok Petani tambak di Kabupaten Lamongan yang berjumlah 70 kelompok.
          Kelompok petani tambak sudah terbentuk di kabupaten Lamongan di stiap kecamatan dengan rata – rata   sembilan kelompok, tapi untuk kecamatan Sekaran dan Maduran belum terbentuk, juga kecamatan Laren baru ada satu kelompok. kecamatan tersebut perlu perhatian khusus dalam pembinaannya.
2.      Sumber daya alam
     1).  Luas lahan pertambakan  di kabupaten Lamongan  25.959 Ha ( 32 %) dari keseluruhan tanah sawah di kabupaten lamongan ( 86.409 Ha ), yang berada di kawasan bonorowo, dengan rincian sebagai berikut:
              Luas lahan tambak terluas adalah di kecamatan Laren ( 4.948 Ha ), sementara kelompok petani tambaknya hanya satu kelompok. Kecamatan Maduran memiliki lahan  yang paling sempit ( 2.144 Ha ). Adapun rata – rata luas lahan pertambakan setiap kecamatan adalah 3.245 Ha
2).Analisis ketersediaan air di kabupaten Lamongan
a. Curah hujan     
Menurut catatan Dinas PU Pengairan ( 2007 ), di kabupaten Lamongan curah hujan cukup tinggi, terjadi pada bulan Oktober – Mei setiap tahun, yanng tertinggi tejadi pada bulan Pebruari, yakni 77 kali, dengan rata – rata 10 tahun terakhir  1.428 ( mm ). Curah hujan tertinggi jatuh di wilayah kecamatan Bluluk ( 2.208 mm ), merupakan daerah Selatan – Utara yang merupakan daerah pegunungan.
b. Sungai
      Kabupaten Lamongan dialiri 31 sungai kecil dan 3 buah sungai besar, yaitu  Bengawan Solo sepanjang ± 63 km dengan debit rata-rata 531,61 m3 / bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) . Kali Blawi, ± 33 km dan Kali Lamong sepanjang ± 30 km yang bermata air di Kabupaten Lamongan.
Sungai utama yang mengaliri daerah pertambakan adalah Bengawan Solo, Kali Blawi, Kali Lamong, Kali Deket dan kali Pelalangan .
c. Mata air
      Keberadaan mata air di Kabupaten Lamongan tersebar di 60 titik mata air efektif dengan total debit rata-rata 1.595,50 m3/detik.
d. Ketersediaan tampungan air
         Ketersediaan tampungan air di Kabupaten Lamongan dipenuhi dari keberadaan 38 waduk /  embung efektif yang memiliki volume tampungan 425.820.360 m3 dengan kapasitas efektif 229.563.800 m3
 d.  Mata air, 60 titik mata air efektif, dengan total debit rata - rata 1.595,50 m3/detik.
e. Ketersediaan air tanah
          Menurut studi peta air di Wilayah Sungai Bengawan Solo 2006 di Kabupaten Lamongan dapat dihitung dari luasnya cacthment area yaitu seluas 1.670,00 km2 serta adanya volume hujan tahunan sebesar 1.398,00 mm sehingga dapat dihitung pengisian air tanah sejumlah 350.200.000 m3.
3. Analisis keadaan dan panjang jalan di kabupaten Lamongan
        Keadaan jalan kabupaten  25 % baik, 72 % sedang, 3 % rusak. 99 % aspal, hanya 1 % kerikil.
4. Analisis sarana pasar di kabupaten Lamongan
           Sarana pasar  terdapat di setiap kecamatan di kabupaten Lamongan. Tapi Pasar ikan hanya empat yang terdapat  kecamatan Brondong  ( TPI  Brondong ), kecamatan Paciran ( Pasar Ikan Kranji ), kecamatan Deket ( Pasar Ikan Dinoyo ) dan kecamatan Lamongan ( Pasar Ikan Lamongan ).
5.2.  Analisis Penyebab Kelambanan Peningkatan Penghasilan Petani    Tambak Bandeng:
Yang dapat mempengaruhi penghasilan petani tambak di kabupaten Lamongan adalah luas lahan garapan, sarana prasarana  yang dimiliki petani tambak, produktifitas, kualitas hasil produksi, sistem penjualan, intensitas pendidikan dan pelatihan dan biaya – biaya. Biaya – biaya itu terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel ( Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Lamongan, 2007 ).Untuk menentukan penyebab kelambanan peningkatan penghasilan petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan secara spesifik, maka hal –hal yang mempengaruhi penghasilan petani tambak bandeng, akan dianalisis secara terinci.
5.2.1. Analisis luas lahan garapan
luas lahan garapan petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan, rata – rata 0,976 Ha, hampir dua kali lipat rata – rata lahan garapan petani Indonesia, yang hanya 0,5 Ha / Petani, dalam Wikantika.Wordpress.Com ( 2008 )
5.2.2.      Sarana prasarana  yang dimiliki petani
tambak bandeng














Gambar: 3.3
Keadaan Sarana Prasarana Petani Tambak Bandeng
Kesimpulan: Sebagian besar sarana petani tambak tergolong sedang dengan
 persentase sebesar 56.83%. Artinya memiliki  pirik, pompa air dan peralatan
lainnya 1-2 buah.
5.2.3.      Produktifitas pertanian tambak bandeng di kabupaten Lamongan



Tabel : 3.1
Produktifitas Pertanian Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan

No.
Statistik
Luas Lahan
1
Banyak Pengamatan 100

2
Rata - rata
  1,838
3
Median
  1,4
4
Modus ( Mode )
  1,5
5
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah ( Range )
11,8
6
Nilai Terendah
  0,2
7
Nilai Tertinggi
12
8
Jumlah Nilai Pengmatan ( Sum )
183,8
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
 ( 2009 )
      Produktifitas rata – rata 1,838 / Ha / tahun masih di bawah BEP Produksi petani tambak bandeng yang lahan garapannya menyewa  yang BEP Produksinya  =   2.454 Kg ( 2,454 Ton ) / Ha / Tahun.
5.2.4.Kualitas hasil produksi
         Dari hasil survey dan wawancara di lapangan, baik di pertambakan maupun di pasar ikan, hasil produksi petani tambak bandeng rata – rata  10 – 12 ekor / Kg ( 95 % ), sehingga harganya berkisar Rp 7.000,00 – Rp 8.000,00 / Kg. Sementara permintaan pasar sebagian besar pedagang lokal maupun luar daerah adalah 4 – 6 / Kg ( 5 % )       dengan harga jual Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00.Seperti terihat pada tabel berikut:
5.2.5.      Sistem penjualan
                             Tabel: 3.2
Sistem Penjualan Hasil Produksi Dan Harganya
No,
Sistem Penjualan
Persentase
Rata- Rata Harga
1
Ijon
69
6,638
2
Melalui Tengkulak
7
8.000
3
Menjual Sendiri Ke Pasar
24
6.980
4
Lelang Ke Pasar
0
0
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )
Dari  table sistem penjualan dapat diketahui, bahwa  harga jual hasil produksi terendah adalah dijual dengan sistem ijon ( Rp 6.638,00 / Kg ), dijual sendiri ke pasar Rp 6.980,00 / Kg, sedangkan harga teringgi dijual lewat tengkulak Rp 8.000,00 / Kg. Harga Murah, karena penjualan hasil produksinya dengan  sistem Ijo.
5.2.6.      Intensitas pendidikan dan pelatihan untuk petani tambak bandeng di    kabupaten Lamongan.






 








Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )
Gambar: 3.4
Intensitas Pendidikan Dan Pelatihan Petani Tambak Bandeng Eksiting( 2009)

      Pendidikan dan pelatihan petani tambak kurang ( 53,04 % ), artinya dalam setahun 53,04 % petani tambak bandeng tidak pernah mendapatkan penyuluhan, 32,59 % petani tambak bandeng diadakan penyuluhan 1-2 kali, yang setahun penyuluhannya 3 -6 kali 12 %, yang 7 – 12  kali mengikuti penyuluhan dalam setahun hanya 1,92 %. Kesimpulan pemberdayaan
5.2.7. Biaya – biaya, terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel
          Dilihat dari kepemilikan lahan, petani tambak bandeng dapat golongkan  menjadi dua kelompok, yaitu: petani tambak bandeng yang lahan garapannya milik sendiri ( tidak sewa ) dan petani tambak bandeng yang lahan garapannya menyewa. Karenanya, maka analisis biaya pertanian tambak bandeng juga berbeda, antara yang memiliki lahan sendiri dan yang sewa. Selanjutnya penulis akan menganalisis kedua kelompok tersebut sebagai pertimbangan untuk menentukan penyebab kelambanan peningkatan penghasilan petani tambak di kabupaten Lamongan.
1.Petani tambak bandeng yang memiliki lahan garapan sendiri (Tidak Menyewa )
Rata-rata harga jual per kg  = Rp 7.390,00
Rata-rata produksi per Ha   = 1.838 Kg
Total produksi / Ha           = 1.838 Kg
Total biaya produksi         = Rp 9.949.000,00
BEP Produks                     = 1346,33 Kg
BEP Harga                        = Rp 5.413,00
Total Penerimaan            =  Rp 13.582.820,00
Laba                            = Rp     3.633.460,00
ROI                              = 36,520         
R/C                              = 1,365
         Dari analisis diketahui, bahwa: BEP Produksi 1.346 dan BEP Harga Rp 5.400,00 / Kg. Artinya usaha perikanan tambak bandeng dapat dilakukan hanya kembali modal, bila produktifitas minimal 1.346 Ton / Ha, dengan harga minimal Rp 5.400,00 / Kg. Sementara hasil produksi sekarang 1.838 Kg / Ha atau 1,838 Ton/ Ha dengan harga Rp 7.390,00 / Kg.
Selisih BEP Produksi dengan Realitas Produksi  429 Kg / Ha (  23 % ), BEP Harga demikian juga, selisih lebihnya Rp1.990,00( 27 % ).
ROI  = 36,50, artinya setiap investasi Rp 100,00 dalam usaha perikanan tambak
 ( bandeng), akan menghasilkan keuntungan Rp 36,50.
R / C = 1,365. Artinya setiap penambahan biaya  sebesar Rp 1.000,00; akan memperoleh tambahan penerimaan Rp 1.365,00. Dengan demikian, maka usaha perikanan tambak bandeng yang lahan garapannya milik sendiri ( Tidak Sewa ), layak dilanjutkan ( Nilai R / C > 1 )
2.Petani tambak bandeng yang lahan garapannya menyewa
      Analsis biayanya sebagai berikut:
Biaya total = Biaya produksi + Biaya Investasi
                  =Rp9.949.360,00+ Rp 8.189.820,00
                 = Rp 18.139.220,00
Pemasukan = Hasil produksi x  Harga Jual ( Kg )
                    = 1.838 Kg x  Rp 7.390,00 = Rp 13.582.820,00
Keuntungan = Total biaya – Total pemasukan
                    =Rp18.139.220-Rp 13.582.820,00
                    =  - Rp 4.556.400,00
BEP Produksi =  Total biaya :Harga jual ( Kg )
                       =  18.139.220,00 : Rp 7.390,00
                       =   2.454 Kg ( 2,454 Ton ) / Ha
Artinya, usaha tambak ( bandeng ) bisa bertahan dengan harga sekarang ( Rp 7.390,00, bila  produktifitas 2.454 Kg ( 2,454 Ton ) / Ha / Tahun
BEP Harga =  Total biaya : Total Produksi(Kg)
                   =  Rp 18.139.220,00 : 1.838 ( Kg )
                   =  Rp   9.869,00 / Kg
Artinya, usaha tambak bandeng bisa bertahan  dengan produktifitas sekarang
( 1.838 Kg / Ha ), bila harga Rp 9.868,00 / Kg
ROI                =   Keuntungan : Total Biaya x  
                             100 %
                       =   - Rp 4.556.400,00 :
                            Rp 18.139.200,00 x 100 %
                       =  - Rp 0,25
Artinya, setiap investasi  Rp 100,00 yang ditanam di usaha perikanan bandeng, akan merugi Rp 0,25.
R / C              =   Total penerimaan : Total biaya       =    Rp 13.582.820,00 : 18.139.200,00     =    Rp 0,748 ( Rp 0, 75 )
R / C ini untuk menetukan kelayakan suatu usaha, bila nilai R / C > 1, maka usaha itu dapat dilanjutkan, bila  Nilai R / C < 1, maka  usaha tidak layak dilakukan. Dengan demikian, maka usaha perikanan tambak ( bandeng ) bagi yang menyewa lahan garapan, tidak layak dilanjutkan.
       Pertanian tambak bandeng di kabupaten Lamongan dapat dilanjutkan dengan syarat:
1). Produktifitas naik menjadi minimal 2.454 Kg ( 2,454 Ton ) / Ha ( bila harga tetap
Rp 7.390,00 ) atau
2). Harga hasil produksi naik menjadi minimal Rp 9.869,00 / Kg ( bila produksi tetap 1.838 Kg / Ha / Tahun).
4.5.Analisis Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif
 

Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )








Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )
Gambar: 3.5
Pelaksanaan SMPP

            Sistem manajemen pendidikan partisipatif yang diterapkan dalam pemberdayaan pemberdayaan petani tambak di kabupaten Lamongan masih tingkat inisial.
IV.  Kesimpulan
4.1.  Potensi Petani Tambak
  4.1.1. Sumber daya manusia
         1.Jumlah penduduk 345.895  jiwa,   yang berdomisili di delapan Kecamatan yang tergabung dalam 71.167 KK, denga Pendidikan formal  rata- rata  SLTP.
          2. Lembaga pendukung, personil Dinas Perikanan dan Kelautan sebanyak 105 orang dengan pendidikan rata – rata S1 didukung  71  kelompok Patani Tambak yang tersebar di desa – desa di wilayah  pertanian tambak di kabupaten Lamongan.
4.1.2. Sumber Daya Alam
1. Luas lahan garapan petani tambak  rata- rata 0,976 Ha.
 2. Kesesuaian lahan sangat sesuai karena daerah bonorowo ( Daerah Rawa ),dengan kemiringan 0 – 2 % ( 72,5 % )
3. Kesesuaian hidrologi:
       1). Curah hujan tinggi, dengan rata – rata 10 tahun terakhir  1.428 ( mm ), tertinggi pada bulan pebruari, 77 kali.
       2).  Sungai
      Kabupaten Lamongan dialiri 31 sungai kecil dan 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 63 km dengan debit rata-rata 531,61 m3 / bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) . Kali Blawi sepanjang ± 33 km dan Kali Lamong sepanjang ± 30 km yang bermata air di Kabupaten Lamongan.
3). Mata air
      Mata air efektif dengan total debit rata-rata 1.595,50 m3/detik.
4). Ketersediaan tampungan air
dengan 38 waduk /  embung efektif yang memiliki volume tampungan 425.820.360 m3 dengan kapasitas efektif 229.563.800 m3
5). Ketersediaan air tanah
          Di Kabupaten Lamongan dapat dihitung dari luasnya cacthment area yaitu seluas 1.670,00 km2 serta adanya volume hujan tahunan sebesar 1.398,00 mm sehingga dapat dihitung pengisian air tanah sejumlah 350.200.000 m3.
3.  Keadaan jalan kabupaten  25 % baik, 72 % sedang, 3 % rusak. 99 % aspal, hanya 1 % kerikil.
4. Sarana pasar  terdapat di setiap kecamatan di kabupaten Lamongan. Tapi Pasar ikan hanya empat yang terdapat  kecamatan Brondong  ( TPI  Brondong ), kecamatan Paciran ( Pasar Ikan Kranji ), kecamatan Deket ( Pasar Ikan Dinoyo ) dan kecamatan Lamongan ( Pasar Ikan Lamongan ).
4.2. Penyebab Kelambanan Peningkatan Penghasilan Petani Tambak Bandeng Di Lamongan
4.2.1. Produktifitas rendah.
4.2.2. Kualitas hasil produksi tidak memenuhi  
          standar permintaan pasar.
4.2.3. Harga Murah, di bawah BEP harga.
4.2.4. Pemasaran sistem Ijon.
4.3.Sistem manajemen pendidikan partisipatif yang diterapkan ke petani tambak bandeng masih tingkat Inisial, yakni pemerintah, dinas terkait masih mendominasi  pola pendidikannya.
4.4. Arahan Pengembangan SMPP
            Sesuai letak kedudukan dari kondisi pelaksanaan SMPP  di Kabupaten Lamongan, seperti gambar berikut:
 










Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )
Gambar: 4.6
Hasil IFAS dan EFAS SMPP
Di Kabupaten Lamongan

Maka arahan pengembangaannya adalah
sebagai berikut
4.4.1. Dengan memaksimalkan faktor-faktor Strenght ( kekuatan ) dan    Opportunity  (  peluang ) yaitu:
 1. Meningkatkan komitmen Pemerintah    Kabupaten Lamonga dalam membantu sumberdaya baik sarana prasarana, dana sumber daya manusia kepada petani tambak bandeng, agar bisa merebut pasar lokal dan antar daerah.
 2. Meningkatkan dukungan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, untuk mewujudkan peningkatan Perekonomian Daerah Melalui Optimalisasi Usaha dan Pembedayaan Masyarakt di Bidang Perikanan dan     Kelautan dengan memanfaatkan kolam yang tersedia di Dinas Perikanan Dan Kelautan sebagai percontohan.
3. Pengelolahan  lahan pertanian tambak bandeng dari tradisional ke intensif, agar bisa meningkatkan hasil produksi, sehingga bisa memenuhi kebutuhan konsumsi ikan baik lokal maupun antar daerah.
4.Pemberdayaan SDM petani tambak bandeng dengan pendidikan dan pelatihan  yang tersistem dengan memanfaatkan dana stimulan dari pemerintah yang  tersedia dan swadaya.
5. Memaksimalkan fungsi  kelompok petani tambak bandeng yang telah terbentuk dan pembentukan kelompok di Kecamatan Maduran, Sekaran dan Laren, agar bisa menggearakkan pasar yang tersedia di setiap kecamatan sebagai pasar ikan.
4.4.2. Meminimalkan Weaknes (kelemahan) dan Threaten (ancaman)
          yaitu:                                                      
1. Meningkatkan Produktifitas hasil pertanian tambak bandeng dengan pengelolaan secara intensif dan menunda waktu panen
2. Meningkatkan harga jual hasil produksi  dengan meningkatkan   kualitasnya.
 3. Pejualan hasil produksi sistem lelang dengan menghidupkan pasar di setiap kecamatan yang telah ada.
4. Pembentukan kelompok petani tambak bandeng di setiap  desa  dengan  anggota maksimal 20 petani / Kelompok
 5. Disediakan pasar ikan di setiap pasar yang tersedia di setiap kecamatan, agar mempermudah petani tambak untuk menjual hasil produksinya.
6. Memimalisir  pedagang yang memonopoli dengan memebentuk jaringan pemasaran  antar daerah.
         7. Pasar ikan laut ( hasil tangkap ) dipisahkan dengan pasar ikan     budidaya.
     4.5.  Saran – Saran
     1. Pelaksanaan visi dan misi Dinas Perikanan dan Kelautan,     meningkatkan produktifitas perikan, terutama petani tambak, dilaksanakn dengan sungguh- sungguh dengan sistem menajemen pendidka partisipatif yang emansipatoris; artinya pelaksanaan sistem manajemen pendidikan petani tambak  mengikutsertakan petani tambak secara aktif, sementara Pemerintah, Dinas terkait sebagai fasilitator dan motovator yang dibutuhkan oleh mereka .Kegiatan  sistem mananjemen pendidikan partisipatif, meliputi:
1). Pengkajian potensi dan masalah;
2). Penyusunan RPJM perikanan;
3). Pelaksanaan Musyrendik perikanan;
4). Pembahasan dan penetapan anggaran;
5). Pelaksanaan program;
6). Pertanggungjawaban dan tindak lanjut program.
2. Meningkatkan harga hasil produksi pertanian Tambak, dengan memfasilitas pembentukan jaringan pemasaran dari produsen  ( Desa ) ke antar Kabupaten / Kota se Jawa Timur.
3. Diselenggarakan pelatihan cara  perawatan benih, cara pembesaran dan  pengelolaan hasil produksi yang dibutuhkan oleh  petani tambak, bukan yang dibutuhkan oleh Dinas terkait.Cara pengelolaan hasil produksi yang dimaksud adalah:
1). Pengeringan;
2). Penggaraman;
3). Pembekuan;
4). Pengasapan;
5). Bandeng Presto;
6). Otak otak dan lain - lain

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, H. Rozali. 2007. Pelaksanaan  Otonomi Luas. PT Raja Grafindo   
    Persada, Jakarta.
Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengelolaan dan Pengawetan Ikan, PT Bumi Aksara,
 Jakarta.
Adisasmito, H. Raharjo. 2005. Ekonomi Wilayah,  PN  Graha Ilmu, Jogjakarta.
BPM Lamongan. 2007. Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif
            (SMPP), BPM Lamongan, Lamongan.
BPS Lamongan. 2006. Lamongan Dalam Angka. BPS Lamongan, Lamongan.
Darmaji, M. Imam. 2002. Pemberdayaan Masyarakat dalam Ekonomi Desa, di Desa Kedungrejo, Kec. Jabon,Kab. Sidoarjo. PPSUB Malang, Malang.
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Depdiknas,
           Jakarta.
 Fatta, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. PT Remaja Rosda Karya, Bandung.
Mustajab, Kaproji Bambang. 2006. Evaluasi Kegiatan Pendampingan dan Partsipasi Masyarakat dalam program Pemberdayaan Masyarakat Desa Ngambon, Kecamatan Ngambon, Kabupaten Bojonegoro. PPSUB Malang, Malang.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian . Ghalia Indonesia, Bogor.
Penebar Swadaya.  2007.   Agribisnis Perikanan.  Penebar Swadaya, Jakarta.
Pranaka dan Priyono.  1996.  Pemberdayaan, Konsep Kebijakan dan Implementasi. CSIS, Jakarta.
Riduwan. 2007. Pengantar Statistika. Alfabeta, Bandung.
Sastropoetro, Santoso.  1986.  Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional.  PT Alumni, Bandung.
Suman, Agus. 2007. Ekonomi Wilayah. PPSUB Malang, Malang.
Surjono. 2008. Metode Penelitian. PPSUB Malang, Malang.
Suharso, W. Tunjung. 2007.  Perencanaan Wilayah. PPSUB Malang, Malang.
Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama . Jakarta.
Wikantika, 2008.PetaniIndonesia. www.wikan
             tika.wordpress.com.








































Tidak ada komentar:

Posting Komentar