Rabu, 13 Juni 2012

Analisis Potensi Pertanian Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Analisis Potensi  Pertanian Tambak Bandeng Di Kabupaten     

        Lamongan

5.1.1.    Analisis potensi sumber daya manusia
1.    Analisis potensi Penduduk
     1). Jumlah dan struktur penduduk
                            Struktur Penduduk menurut data Survey Sensus Ekonomi Nasional (susenas) Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Lamongan tahun 2005 sebanyak 1.181. 660 jiwa, terdiri dari 603.125 jiwa (51,26%) perempuan dan 578.535 jiwa (48,74%) laki-laki. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel: 4.12  Bab IV. Sedangkan jumlah penduduk yang yang tinggal di kawasan pertambakan adalah 345.895  Jiwa ( 29 % ) dari jumlah penduduk kabupaten Lamongan dengan komposisi  164.368  laki – laki ( 48 % ) dan 181.527 ( 52 % ) perempuan.
                    2). Analisis tingkat pendidikan penduduk
                       Pendidikan formal penduduk kabupaten Lamongan relatif rendah, ditunjukkan oleh hasil survey, bahwa penduduk buta huruf berusia 10 – 44 tahun berjumlah 15.077 orang ( Evaluasi RPJMD Lamongan, 2006 -2010 ) ( Hasanudin, 2008 ). Sementara untuk pendidikan formal  petani tambak bandeng, hasil survey dan angket dari penulis, pendidikannya tergambar sebagai beriku: ( lebih rinci lihat lampiran: II )


Tabel: 5.1
Tingkat Pendidikan Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Lamongan

Tingkat Pendidikan Formal
Frekuensi
Frekuensi Kumulatif

Tidak_tamat_SD
14
14

Tamat_SD

26
40

SLTP

31
71

SLTA

21
92

PT

8
100

Jumlah

100


Rata-rata

20


Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )


















Gambar: 5.1
Tingkat Pendidikan Petani Tambak Bandeng
 Di Kabupaten Lamongan

Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )

             Dengan data tersebut, dapat disimpulkan, bahwa pendidikan formal petani tambak relatif tinggi, yakni tingkat SLTP sampai dengan Perguruan Tinggi 70 %. Tidak  tamat SD -  SD  30 %, rata – rata lulus SLTP, setara standar pendidikan Nasional ( Wajar 9 tahun ).
          2. Analisis potensi  lembaga pendukung
  1). Dinas Perikanan Dan Kelautan kabupaten Lamongan
        Dalam kegiatan dan tugas di bidang perikanan dan kelautan, didukung dengan sumberdaya manusia, sarana prasarana dan pembiayaan yang dijabarkan sebagai berikut:
a.    Analisis potensi personil
Persnil Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan berjumlah 105 orang dengan pendidikan rata – rata S1 ( Lampiran III ).
Tingkat pendidikan formal personil Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Lamongan dapat dianalisis sebagai berikut:
Tabel: 5.2
Tingkat Pendidikan Personil Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan

No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
Keterangan
1.
S2
  14
 13,21

2.
S1
  44
 41,51
Tertinggi
3.
D IV
    1
   1,07

4
D III
  10
   9,43

5.
SMA
  33
 31,13
Rata-rata
6.
SMP
    3
    2,83

7.
SD
    1
    1,07
Terendah
 Jumlah
106
100,00

Sumber: Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Lamongan ( 2007 )
          Dengan data tersebut dapat disimpulka, bahwa pendidikan personil Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan 69 orang berpendidikan tinggi
( 65,22 % ), yang berpendidikan SLTA , 33 orang ( 31,13 % ), sedangkan yang berpendidikan SLTP dan SD hanya 4 orang ( 3,90 % ).
b.    Analisis sarana dan prasarana
           Sarana prasarana Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Lamongan
dalam keadaan baik 80 % , yang rusak hanya 20 %.Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel: 4.14 Bab IV .
c. Analisis pembiayaan
              Sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten Lamongan APBD Propinsi maupun APBN, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel:  5.3
Pembiayaan Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Lamongan
Tahun 2007

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Analisis
1.
2.
Pendapatan
Belanja Daerah
A.Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
B.Belanja Langsung
§ Program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam
§ Program penguatan klembagaan pengarusutamaan gender dan anak
§ Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
§ Program peningkatan kesejahteraan petani
§ Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ikan
§ Program peningkatan produksi hasil perikanan
§ Program pelayanan administrasi perkantoran
§ Program peningkatan sarpras prasarana aparatur
§ Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
§ Program pemberdayaan ekonomi mayarakat pesisir
1.632.900.000,-


3.186.236.000,-

84.345.000,-

30.000.000,-

45.000.000,-

65.000.000,-

465.000.000,-

2.802.270.800,-

387.968.500,-

395.195.000,-

24.000.000,-


134.000.000,-





(0,6%)

(0,2%)

(0,3%)

(0,5%)

(3,5%)

(27%)

(4%)

(4%)

(0,2%)


(1%)
No
Uraian
Jumlah (Rp)
Analisis

§ Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
§ Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan iklim laut
§ Program pengembangan budidaya perikanan
§ Program pengembangan perikanan tangkap
§ Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan
§ Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi
  

100.000.000,-

   1.732.500.000,-

  1.438.300.000,-

1.725.085.000,-

32.041.800,-

      912.450.000,-


(0,8%)

(17%)

(14%)

(17%)

(0,3%)

(6,7%)

Jumlah Belanja Langsung
10.373.156.100,-
100%
Jumlah APBD Kabupaten A + B

13.559.392.100,-











Sumber: Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Lamongan ( 2007 )
             Dari data yang tertulis pada tabel: 5.3, dapat diketahui bahwa anggaran untuk pemberdayaan masyarakat perikanan baik laut maupun darat sangat kurang, yakni hanya 0,3 % ( Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan ).
d. Analisis aspek strategis organisasi
          Letak Kabupaten Lamongan yang strategis dan berdekatan dengan Ibu kota Propinsi Jawa Timur dan merupakan jalur lalu lintas yang lancar baik darat maupun laut, hal ini memungkinkan untuk mengembangkan pemasaran produk perikanan  menjadi semakin luas baik domestik maupun ekspor dan ketersediaan lahan pengembangan dan peningkatan budidaya ikan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan yang masih bisa dioptimalkan.




2). Analisis potensi kelompok petani tambak bandeng
           Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sebaran Kelompok Petani tambak di Kabupaten Lamongan yang berjumlah 70 kelompok, dapat dilihat pada  tabel berikut:
Tabel: 5.4
Persebaran Kelompok Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan

No.
Kecamatan
Jumlah
Keterangan
1
Turi
15

2
Karanggeneng
15

3
Kalitengah
13

4
Karangbinangun
16

5
Glagah
10

6
Laren
1

7
Sekaran
-
Belum terbentuk
8
Maduran
-
Belum terbentuk
Jumlah
70

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Lamongan ( 2007 )
          Kelompok petani tambak sudah terbentuk di kabupaten Lamongan di enam  kecamatan dengan rata – rata setiap kecamatan  sembilan kelompok, tapi untuk kecamatan Sekaran dan Maduran belum terbentuk, juga kecamatan Laren baru ada satu kelompok. Oleh sebab itu, ketiga kecamatan tersebut perlu perhatian khusus dalam pembinaannya. Lebih rinci dapat dilihat pada lampiran IV



5.1.2. Analisis  Potensi Sumber Daya Alam
          1.  Luas Lahan Kabupaten lamongan menurut jenisnya dapat dilihat pada
              Lampiran V.  Adapun luas lahan pertambakan  di kabupaten Lamongan yang berada di kawasan bonorowo,  sebagai berikut:
Tabel:  5.5
Luas Lahan Pertambakan Kabupaten Lamongan

No.
Kecamatan
Luas lahan Sawah / Tambak
( Ha )
Luas lahan Non Sawah / Tambak
( Ha )
Jumlah
1.
Glagah
  3.184
1.648
4.832
2.
Karangbinangun
  3.886
406
4.292
3.
Turi
  3.835
1.034
4.869
4.
Kalitengah
  2.065
1.281
3.346
5.
Karanggeneng
  2.783
875
3.658
6.
Sekaran
  3.114
1.844
4.958
7.
Maduran
  2.144
627
2.771
8.
Laren
  4.948
3.659
8.607
Jumlah
25.959            
11.374
37.333
Sumber : Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Lamongan ( 2007)

              Dari data pada tabel 4.6, dapat diketahui, bahwa luas lahan tambak terluas adalah di kecamatan Laren ( 4.948 Ha ), sementara kelompok petani tambaknya hanya satu kelompok. Kecamatan Maduran memiliki lahan  yang paling sempit ( 2.144 Ha ). Adapun rata – rata luas lahan pertambakan setiap kecamatan adalah 3.245 Ha
2.    Analisis ketersediaan air di kabupaten Lamongan
      1). Curah hujan
           .     Curah hujan tinggi, tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan-bulan lain curah hujan relatif rendah. Rata-rata curah hujan pada tahun 2004 dari hasil pemantauan 25 stasiun pengamatan hujan tercatat sebanyak 1.255 mm dan hari hujan tercatat 72 hari, Bapeda Lamongan,
( 2006 ) . Adapun menurut catatan Dinas PU Pengairan ( 2007 ),di kabupaten Lamongan curah hujan cukup tinggi, terjadi pada bulan Oktober – Mei setiap tahun, yanng tertinggi tejadi pada bulan Pebruari, yakni 77 kali, dengan rata – rata 10 tahun terakhir  1.428 ( mm ). Curah hujan tertinggi jatuh di wilayah kecamatan Bluluk ( 2.208 mm ), merupakan daerah Selatan – Utara yang merupakan daerah pegunungan. Aliran air hujan dari seluruh wilayah kabupaten Lamongan melewati daerah bonorowo ( pertambakan), sebelum ke bengawan Solo untuk mengalir ke Laut. Curah hujan dan banyak hari hujan di kabupaten Lamongan, dapat diperjelas dengan Lampiran VI  dan Lampiran VII
            2). Sungai
    Kabupaten Lamongan dialiri 31 kecil dan 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo sepanjang ± 63 km dengan debit rata-rata 531,61 m3 / bulan (debit maksimum 1.758,46 m3 dan debit minimum 19,58 m3) dan mata air dari Sungai Bengawan Solo ini terletak di Propinsi Jawa Tengah, Kali Blawi sepanjang ± 33 km dan Kali Lamong sepanjang ± 30 km yang bermata air di Kabupaten Lamongan.
Sungai utama yang mengaliri daerah pertambakan adalah Bengawan Solo, Kali Blawi, Kali Lamong, Kali Deket dan kali Pelalangan ( Tabel: 4.5 Bab IV )
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Foto mapping berikut:












Gambar: 5.2
Foto Mapping Keadaan Sungai di Kabupaten Lamongan













































3). Mata air
    Keberadaan mata air di Kabupaten Lamongan tersebar di 60 titik mata air efektif dengan total debit rata-rata 1.595,50 m3/detik ( Tabel: 4.6 Bab IV ).
4). Ketersediaan tampungan air
   Ketersediaan tampungan air di Kabupaten Lamongan dipenuhi dari keberadaan 38 waduk / embung efektif yang memiliki volume tampungan 425.820.360 m3 dengan kapasitas efektif 229.563.800 m3
    Ketersediaan air waduk di kabupaten Lamongan cukup memadai, hampir terdapat di setiap kecamatan, hanya Kecamatan Glagah dan Karangbinangun yang tidak terdapat waduk, tapi ketersedian air sangat memadai , karena berada di kawasan tepi bengawan solo dan kali Blawi yang airnya mengalir sepanjang tahun.
 Di kawasan pertambakan terdapat waduk  Jabung di kecamatan Laren, waduk Sekaran di kecamatan Sekaran dan Kecamatan Maduran, Waduk Kalanganyar di kecamatan Karanggeneng dan Kalitengah, dan Waduk Geger di kecamatan   Turi
( Tabel: 4.7 bab IV ). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Foto mapping berikut:
















Gambar: 5.3
Foto Mapping Kawasan Waduk Di Kabupaten Lamongan
















5). Ketersediaan air tanah
    Ketersediaan air tanah dari studi peta air di Wilayah Sungai Bengawan Solo 2006 di Kabupaten Lamongan dapat dihitung dari luasnya cacthment area yaitu seluas 1.670,00 km2 serta adanya volume hujan tahunan sebesar 1.398,00 mm sehingga dapat dihitung pengisian air tanah sejumlah 350.200.000 m3( tabel: 4.8 Bab IV ).
        3. Analisis keadaan dan panjang jalan di kabupaten Lamongan
            Keadaan jalan kabupaten  25 % baik, 72 % sedang, 3 % rusak. 99 % aspal, hanya 1 % kerikil ( Tabel: 4.7  Bab IV ). Keadan jalan diperjelas dengan foto mapping berikut:







































Gambar: 5.4
 Foto Mapping Kondisi Jalan di Kabupaten Lamongan



















 4. Analisis sarana pasar di kabupaten Lamongan
            Sarana pasar  terdapat di setiap kecamatan di kabupaten Lamongan. Tapi Pasar ikan hanya empat yang terdapat  kecamatan Brondong  ( TPI  Brondong ), kecamatan Paciran ( Pasar Ikan Kranji ), kecamatan Deket ( Pasar Ikan Dinoyo ) dan kecamatan Lamongan ( Pasar Ikan Lamongan ). Sementara Pasar Ikan Dinoyo keadaannya sepi, karena berdekatan dengan Pasar Ikan Lamongan, maka pedagang dan tengkulak langsung ke Lamongan, pasar Dinoyo hanya sebagai transit ikan saja.
        Jaringan pasar di kabupaten Lamongan dapt dilihat pada Peta Jaringan Pasar Kabupaten Lamongan yang didapat penulis dari hasil survey sebagai berikut:
















Gambar: 5.5
Foto Mapping Jaringan Pasar Kabupaten Lamongan












































5.2. Analisis Penyebab Kelambanan Peningkatan Penghasilan Petani Tambak  Bandeng Di Kabupaten
          Yang dapat mempengaruhi penghasilan petani tambak di kabupaten Lamongan adalah luas lahan garapan, sarana prasarana  yang dimiliki petani tambak, produktifitas, kualitas hasil produksi, sistem penjualan, intensitas pendidikan dan pelatihan dan biaya – biaya. Biaya – biaya itu terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel ( Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Lamongan, 2007 ).Untuk menentukan penyebab kelambanan peningkatan penghasilan petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan secara spesifik, maka hal –hal yang mempengaruhi penghasilan petani tambak bandeng, akan dianalisis secara terinci.
5.2.1. Analisis luas lahan garapan
 Luas lahan garapan petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan:
Tabel : 5.6
Luas Lahan Garapan Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan

No.
Statistik
Luas Lahan
1
Banyak Pengamatan 100

2
Rata - rata
0,976
3
Median
0,6
4
Modus ( Mode )
1
5
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah ( Range )
6,86
6
Nilai Terendah
0,14
7
Nilai Tertinggi
7
8
Jumlah Nilai Pengmatan ( Sum )
97,63
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer ( 2009 )
Dari data tabel, dapat disimpulkan, bahwa luas lahan garapan petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan, rata – rata 0,976 Ha, hampir dua kali lipat rata – rata lahan garapan petani Indonesia, yang hanya 0,5 Ha / Petani, dalam Wikantika.Wordpress.Com ( 2008 ).( Lampiran VIII )
5.2.2.  Sarana prasarana  yang dimiliki petani tambak bandeng
Tabel: 5.7
Sarana Prasarana Petani Tambak Bandeng




















Jawaban
Jumlah
Persentase Jawaban Sejenis














a (Baik)
57
0.0950













b (Sedang)
341
0.5683













c (Buruk)
193
0.3217













Jumlah
591
0.9850













Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )















 
































Gambar: 5.6
Keadaan Sarana Prasarana Petani tambak Bandeng

Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )

Kesimpulan: Sebagian besar sarana petani tambak tergolong sedang dengan
 persentase sebesar 56.83%. Artinya memiliki  pirik, pompa air dan peralatan
lainnya 1-2 buah,( Lampiran IX )







































5.2.3.    Produktifitas pertanian tambak bandeng di kabupaten Lamongan
Tabel : 5.8
Produktifitas Pertanian Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan

No.
Statistik
Luas Lahan
1
Banyak Pengamatan 100

2
Rata - rata
  1,838
3
Median
  1,4
4
Modus ( Mode )
  1,5
5
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah ( Range )
11,8
6
Nilai Terendah
  0,2
7
Nilai Tertinggi
12
8
Jumlah Nilai Pengmatan ( Sum )
183,8
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer ( 2009 )
Produktifitas rata – rata 1,838 / Ha / tahun masih di bawah BEP Produksi petani tambak bandeng yang lahan garapannya menyewa  yang BEP Produksinya  =   2.454 Kg ( 2,454 Ton ) / Ha / Tahun ( Lampiran VIII ).
             Permasalahan bidang perikanan budi daya, Dinas Perikanan dan kelautan kabupaten Lamongan ( 2007 ),sebagai berikut:
1.      Masih banyak kasus kematian ikan bandeng / udang akibat serangan penyakit ;
2.      Rendahnya kualitas benih yang digunakan oleh petani;
3.  Kondisi musim yang kurang mendukung pelaksanaan budidaya, sehingga waktu penanaman menjadi pendek.
            Solusi pemecahannya adalah:
1.      Mendekatkan pelaksanaan kajian lapangan terhadap pembudidaya ikan / petambak dengan menggunakan laboraturium keliling (Mobil laboraturium keliling);
2.      Pembinaan / sosialisasi tentang pentingnya sertifikasi benih;
3.      Kaji terap komoditas unggulan yang memilih oangsa pasar cukup baik.
5.2.4.    Kualitas hasil produksi
            Dari hasil survey dan wawancara di lapangan, baik di pertambakan maupun di pasar ikan, hasil produksi petani tambak bandeng rata – rata  10 – 12 ekor / Kg, sehingga harganya berkisar Rp 7.000,00 – Rp 8.000,00 / Kg. Sementara permintaan pasar sebagian besar pedagang lokal maupun luar daerah adalah 4 – 6 / Kg dengan harga jual Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00.Seperti terihat pada tabel berikut:
Tabel: 5.9
Harga Hasil Produksi Tambak Bandeng di Kabupaten Lamongan

No.
Pasar Ikan
Ekor / Kg
Harga / Kg
1
Brondong
10 - 12
-
  4 - 6
-
2
Kranji
10 - 12
-
  4 - 6
-
3
Blawi
10 - 12
Rp 7.000,00 - Rp 8.000,00
  4 - 6
Rp 15.000,00-Rp 20.000,00
4
Lamongan
10 - 12
Rp 7.500,00 –Rp 8.000,00
  4 - 6
Rp 15.000,00-Rp 20.000,00
Sumber: Hasil Survey ( 2009 )
 Keadaan ini juga  dapat dilihat pada gambar hasil   produksi petani tambak bandeng  dari foto hasil  survey  ( Lampiran XII ).

Tabel: 5.10
Kualitas Dan Kuantitas hasil Produksi pertaniaan Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan

No.
Kecamatan
Ekor / Kg
Jumlah Produksi ( Kg )
%
1
Sekaran
10 -12
          5.723.532
95
4 – 6
286.176,6
5
2
Maduran
10 -12
          3.940.672
100
4 – 6
          0
0
3
Laren
10 -12
          9.094.424
70
4 – 6
          2.728.327,2
30
4
Karanggeneng
10 -12
          5.115.154
95
4 – 6
255.757,7
5
5
Kalitengah
10 -12
          3.795.470
95
4 – 6
               19.773.,5
5
6
Karangbinanguan
10 -12
          7.142.468
90
4 – 6
  714.246,8
10
7
Turi
10 -12
          7.048.730
95
4 – 6
    352.436,5
5
8
Glagah
10 -12
           5.854.030
95
4 – 6
  292.701,5
5
Jumlah
         47.714.480
95 : 5
Sumber: Pengolahan Data Primer Dan Hasil Survey ( 2009 )
              Dari data tabel: 5.15 di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil produksi petani tambak bandeng 10 – 12 ekor / Kg ( 95 % ), sementara yang dapat memenuhi standar permintaan pasar hanya 5 % yang mengakibatkan harga  murah, yakni Rp 7.000,00 – Rp 8.000,00.
5.2.5.    Sistem penjualan
 Tabel: 5.11
Sistem Penjualan Hasil Produksi Petani Tambak Bandeng


Sistem Penjualan
Frekuensi





Sistem Ijon
0.69





Melalui Tengkulak
0.07





Menjual Sendiri
0.24





Lelang ke Pasar
0





Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )














































Gambar: 5.7
               Sistem Penjualan Hasil Produksi Petani Tambak Bandeng

Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )






Kesimpulan: Sebagian besar petani tambak ( 69 % ) yang termasuk dalam objek
penelitian menjual hasil panen dengan sistem ijon.





Tabel: 5.12
Sistem Penjualan Hasil Produksi Dan Harganya

No,
Sistem Penjualan
Persentase
Rata- Rata Harga
1
Ijon
69
6,638
2
Melalui Tengkulak
7
8.000
3
Menjual Sendiri Ke Pasar
24
6.980
4
Lelang Ke Pasar
0
0
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )
Dari  tabel sistem penjualan dapat diketahui, bahwa  harga jual hasil produksi terendah adalah dijual dengan sistem ijon ( Rp 6.638,00 / Kg ), dijual sendiri ke pasar Rp 6.980,00 / Kg, sedangkan harga teringgi dijual lewat tengkulak Rp 8.000,00 / Kg. Harga Murah, karena penjualan hasil produksinya dengan  sistem Ijon.
5.2.6.    Intensitas pendidikan dan pelatihan untuk petani tambak bandeng di   
             kabupaten Lamongan
Tabel: 5.13
Intensitan Pendidikan dan pelatihan
Petani Tambak Bandeng Eksiting

















Jawaban

Jumlah
Persentase (%)












a (Sangat Baik)
39
23.49











b (Baik)

6
1.92











c (Cukup)

102
32.59











d (Kurang)

166
53.04











Jumlah

313












Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )




































































































































































































































Gambar: 5.8
Pendidikan Dan Pelatihan Petani Tambak Bandeng Eksiting( 2009)

Sumber:  Pengelahan Data Primer ( 2009 )










           Pendidikan dan pelatihan terhadap petani tambak kurang ( 53,04 % ), artinya dalam setahun 53,04 % petani tambak bandeng tidak pernah mendapatkan penyuluhan, 32,59 % petani tambak bandeng diadakan penyuluhan 1-2 kali, yang setahun penyuluhannya 3 -6 kali 12 %, yang 7 – 12  kali mengikuti penyuluhan dalam setahun hanya 1,92 %. Kesimpulan pemberdayaan eksiting, kurang.
( Lampiran X ).
5.2.7. Biaya – biaya, terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel
          Dilihat dari kepemilikan lahan, petani tambak bandeng dapat golongkan  menjadi dua kelompok, yaitu: petani tambak bandeng yang lahan garapannya milik sendiri ( tidak sewa ) dan petani tambak bandeng yang lahan garapannya menyewa. Karenanya, maka analisis biaya pertanian tambak bandeng juga berbeda, antara yang memiliki lahan sendiri dan yang sewa. Selanjutnya penulis akan menganalisis kedua kelompok tersebut sebagai pertimbangan untuk menentukan penyebab kelambanan peningkatan penghasilan petani tambak di kabupaten Lamongan.
1.    Petani tambak bandeng yang memiliki lahan garapan sendiri
      (Tidak Menyewa )
Tabel: 5.14
Produktifitas dan Biaya - Biaya

No.
Luas
( Ha )
Produktifitas ( Kg )
Harga/ Kg
( Rp )
Biaya
Investasi
( Rp )
Tetap
( Rp )
Produksi
( Rp )
1
1
1.838
7.390,00
8.189.800,00
4.977.000,00
4.973.000,00
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )

Rata-rata harga jual per kg                 = Rp 7.390,00
Rata-rata produksi per hektar             = 1.838 Kg
Total produksi / Ha                             = 1.838 Kg
Total biaya produksi                            = Rp 9.949.000,00
BEP Produks                                      = 1. 346,33 Kg
BEP Harga                                          = Rp 5.413,00
Total Penerimaan                               =  Rp 13.582.820,00
Laba                                                    = Rp    3.633.460,00
ROI                                                     = 36,520         
R/C                                                      = 1,365
Data primer dapat dilihat pada Lampiran XI
         Dari analisis diketahui, bahwa: BEP Produksi 1.346 dan BEP Harga Rp 5.400,00 / Kg. Artinya usaha perikanan tambak bandeng dapat dilakukan hanya kembali modal, bila produktifitas minimal 1.346 Ton / Ha, dengan harga minimal Rp 5.400,00 / Kg. Sementara hasil produksi sekarang 1.838 Kg / Ha atau 1,838 Ton / Ha dengan harga Rp 7.390,00 / Kg.
Selisih BEP Produksi dengan Realitas Produksi  429 Kg / Ha (  23 % ), BEP Harga demikian juga, selisih lebihnya Rp 1.990,00  ( 27 % ).
ROI  = 36,50, artinya setiap investasi Rp 100,00 dalam usaha perikanan tambak
 ( bandeng), akan menghasilkan keuntungan Rp 36,50.
R / C = 1,365. Artinya setiap penambahan biaya  sebesar Rp 1.000,00; akan memperoleh tambahan penerimaan Rp 1.365,00. Dengan demikian, maka usaha perikanan tambak bandeng yang lahan garapannya milik sendiri ( Tidak Sewa ), layak dilanjutkan ( Nilai R / C > 1 )
2.  Petani tambak bandeng yang lahan garapannya menyewa
      Analsis biayanya sebagai berikut:
Biaya total = Biaya produksi + Biaya Investasi
                  = Rp 9.949.360,00 + Rp 8.189.820,00
                  = Rp 18.139.220,00
Pemasukan = Hasil produksi x  Harga Jual ( Kg )
                    = 1.838 Kg x  Rp 7.390,00 = Rp 13.582.820,00
Keuntungan = Total biaya – Total pemasukan
                    =  Rp 18.139.220 – Rp 13.582.820,00
                    =  - Rp 4.556.400,00
BEP Produksi =  Total biaya : Harga jual ( Kg )
                       =  18.139.220,00 : Rp 7.390,00
                       =   2.454 Kg ( 2,454 Ton ) / Ha
Artinya, usaha tambak ( bandeng ) bisa bertahan dengan harga sekarang ( Rp 7.390,00 ) bila  produktifitas 2.454 Kg ( 2,454 Ton ) / Ha / Tahun
BEP Harga     =  Total biaya : Total Produksi ( Kg )
                       =  Rp 18.139.220,00 : 1.838 ( Kg )
                       =  Rp   9.869,00 / Kg
Artinya, usaha tambak bandeng bisa bertahan  dengan produktifitas sekarang
( 1.838 Kg / Ha ), bila harga Rp 9.868,00 / Kg
ROI                =   Keuntungan : Total Biaya x 100 %
                       =  - Rp 4.556.400,00 : Rp 18.139.200,00 x 100 %
                       =  - Rp 0,25
Artinya, setiap investasi  Rp 100,00 yang ditanam di usaha perikanan bandeng, akan merugi Rp 0,25.
R / C              =   Total penerimaan : Total biaya
                      =    Rp 13.582.820,00 : 18.139.200,00
                      =    Rp 0,748 ( Rp 0, 75 )
R / C ini untuk menetukan kelayakan suatu usaha, bila nilai R / C > 1, maka usaha itu dapat dilanjutkan, bila  Nilai R / C < 1, maka  usaha tidak layak dilakukan. Dengan demikian, maka usaha perikanan tambak ( bandeng ) bagi yang menyewa lahan garapan, tidak layak dilanjutkan.
           Analisis usaha dengan R / C < 1 ( usaha tidak layak dilanjutkan ), sementara pemberdayaan eksiting juga kurang, yakni 54, 04 % petani tambak bandeng tidak pernah pendapat penyuluhan ( Pendidikan dan pelatihan ), maka Dinas Perikanan dan Kelautan mengintensifkan penyuluhan dengan sistem manajemen pendidikan partisipatif yang terstruktur, tidak insidental. Adapun kegiatan yang telah dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan kabupaten Lamongan dalam pemberdayaan petani tambak bandeng ( 2007 ) adalah sebagai berikut:
1.      Pendamping kelompok Tani Pembudidaya Ikan dengan kegiatan Pembinaan kelompok Pembudidaya Ikan, Nelayan dan Peternak Berprestasi terhadap 400/10 kelompok pembudidayaan ikan, nelayan dan peternak berprestasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 65.000.000,- terealisasi 100 % di Kab. Lamongan;
2.      Pembinaan dan Pengembangan Perikanan, Dilaksanakan melalui sub kegiatan :
a.       Demplot Budidaya Ikan Lele dan Nila untuk tersedianya 20 unit demplot dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 50.000.000,- terealisasi 1005 berlokasi di kabupaten Lamongan;
b.      Fasilitas Peningkatan Mutu Intensifikasi Sawah Tambak untuk permodalan 200 orang petani sawah dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 24.000.000,- terealisasi 100% berlokasi kab. Lamongan.
3.      Pengadaan mesin Untuk Perahu dan Pengairan Tambak, dilaksanakan dengan pemngadaan mesin untuk perahu sebanyak 150 unit dan mesin pompa air sebanyak 150 unit, dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 1.039.500.000,- terealisasi 100% berlokasi di Kabupaten Lamongan.
              Dari kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan tersebut, dapat diketahui, bahwa kegiatan pemberdayaannya tidak partisipatif dan tidak sesuai dengan potensi yang tersedia.
               Dari hasil analisis usaha yang diketahui R / C < 1  ( tdaka layak dan selalu merugi ), BEP Produsi di bawah  standar minimal (1,838 Ton /Ha / Tahun ), seharusnya minimal 2,454 Ton / Ha / Tahun, BEP Harga juga di bawah standar minimal ( Rp 7.390,00 / Kg ), seharusnya harga minimal Rp 9.868,00 / Kg, sistem penjualan juga dengan sistem ijon yang paling murah dari sitem yang lain, sementara petani tambaka bandeng masih bertahan dengan kondisi yang demikian,karena:
1.    Tidak memiliki keterampilan alternatif, sehingga pekerjaan itu ditekuni secara
      turun temurun, tanpa memperhitungkan untung rugi;
2.    Potensi sumber daya alam yang tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan selain perikanan, karena kawasan berawa yang di musim penghujan ketinggian air mencapai 2 – 3  meter.
       Maka pemerintah, Dinas terkait, harus mengambil langkah – langkah   sebagai berikut:
1.      Memotivasi masyarakat agar menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sehubungan dengan rendahnya produktifitas dan kualitas hasil produksi, agar petani tambak bandeng dapat meningkatkan  produktifitas dan kualitas hasil produksi, sehingga dapat meningkatkan penghasilannya;
2.      Memberikan dana stimulan, agar petani terpacu memberdayakan dirinya;
3.      Mendirikan stan / tempat pasar ikan di setiap pasar yang ada di setiap kecamatan dan pasar desa
           Dari analisis BEP harga dan BEP Produksi dapat disimpulkan,bahwa pertanian tambak bandeng di kabupaten Lamongan dapat dilanjutkan dengan syarat:
1). Produktifitas naik menjadi minimal 2.454 Kg ( 2,454 Ton ) / Ha ( bila harga
     tetap Rp 7.390,00 ) atau
2). Harga hasil produksi naik menjadi minimal Rp 9.869,00 / Kg ( bila produksi 
     tetap 1.838 Kg / Ha / Tahun.

5.3. Analisis Pelaksanaan Sistem manajemen Pendidikan Partisipatif Untuk   
       Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan
                 Sistem manajemen pendidikan partisipatif menjadi pilihan alternatif pemberdayaan petani tambak bandeng, karena:
1. SMPP adalah pendidikan non formal yang materi pendidikan  dan pelatihannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, bukan berdasar kebutuhan penentu kebijakan;
2.  Lembaga pendidikan ( SMK ) perikanan, dalam realita lapangan, tidak diminati oleh generasi muda, walaupun setelah lulus sekolah, mereka tetap menekuni bidang perikanan ( pertambakan ), karena tidak mendapat lapangan kerja sesuai keahliannya.
       5.3.1. Pengkajian potensi dan masalah
Pengkajian potensi dan masalah dari masing-masing forum pertemuan ( Kelompok ), kemudian diplenokan dalam pertemuan, yang disebut Musyawarah Perencanaan Pendidikan ( Musrendik ) Desa / Kelurahan. Pertemuan ini diikuti perwakilan kelompok, tokoh-tokoh masyarakat, perwakilan LKMD atau sebutan lain, ketua RT / RW, BPD dan Perangkat Pemerintah Desa / Kelurahan. Yang disebut wakil kelompok adalah orang yang secara resmi dipilih dan ditunjuk oleh kelompok bersangkutan untuk mewakili dalam Pleno Pertemuan Pengkajian Potensi dan Masalah. Wakil ini diharapkan yang mampu membawa aspirasi kelompok dan bisa memberikan argumentasi dalam diskusi sehingga usulannya bisa diterima dan dipahami oleh kelompok yang lain. Oleh sebab itu, yang menjadi wakil kelompok tidak harus ketua kelompok atau jabatan lain dalam kepengurusan kelompoknya, namun bisa juga anggota.
Kegiatan ini difasilitasi oleh Kader Pembangunan Masyarakat dan dibantu oleh Kepala Desa  / Kelurahan, Ketua LKMD atau sebutan lain dan Ketua BPD. Agenda utama dari kegiatan ini adalah pemaparan hasil pengkajian potensi dan masalah dari masing-masing forum pertemuan, dan penyusunan skala prioritas. Daftar potensi dan masalah dari masing-masing kelompok disusun secara pleno secara partisipatif pada forum ini, kemudian baru didiskusikan serta dirumuskan skala prioritas masing-masing potensi dan masalah, yang merupakan kebutuhan penanganan program ditingkat desa / kelurahan. Dengan demikian, proses ini sangat penting untuk menjadi wahana pembelajaran masyarakat, bagaimana mereka menetapkan skala prioritas, bagaimana membuat kriteria penilaian serta bagaimana belajar berdiskusi dan saling menerima “kekalahan” ketika usulan kelompoknya mengalami urutan prioritas rendah.
Salah satu metode yang dapat dipakai untuk memfasilitasi diskusi dalam pertemuan ini adalah Teknik Kajian Pilihan atau biasa disebut Matriks Ranking, yaitu teknik untuk mengkaji sejumlah topik dengan member! nilai pada masing-masing aspek kajian, berdasarkan sejumlah kriteria perbandingan. Kriteria perbandingan tersebut berdasarkan pendapat masyarakat desa / kelurahan yang bersangkutan sehingga sesuai dengan keadaan setempat.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik kajian pilihan ini adalah bagaimana menentukan kriteria dan memberikan penilaian. Kriteria adalah patokan yang akan dipergunakan untuk menilai suatu keadaan. Bila kriteria tersebut belum disepakati terlebih dahulu, dapat memungkinkan terjadinya konflik antar kelompok.
Kriteria-kriteria yang biasanya dipergunakan untuk menentukan skala prioritas antara lain:
  1. Kriteria : Kemendesakan
Masalah tersebut mendesak untuk segera diatasi karena kalau tidak segera diatasi, keadaan akan bertambah buruk. Misalkan masalah kekurangan pangan, atau masalah penyakit yang bisa menyebabkan kematian.
  1. Kriteria : Masalah Utama (Akar Masalah)
Setelah terjadi diskusi hubungan sebab akibat, diketahui sejumlah akar masalah, yaitu masalah yang paling banyak menyebabkan banyak masalah.
  1. Kriteria :  Kepentingan Umum
Masalah tersebut menyangkut kepentingan orang banyak, artinya bukan merupakan masalah bagi kepentingan sebagian kecil masyarakat atau bagi satu kelompok tertentu saja.
  1. Kriteria : Ketersediaan Potensi (Sumber Daya)
Masalah tersebut dapat diatasi dengan mengandalkan potensi dan sumber daya setempat (misalnya, biaya, ketrampilan yang dibutuhkan, material dan sebagainya).
  1. Kriteria : Menambah Pendapatan
Masalah tersebut apabila diatasi akan membantu peningkatan pendapatan keluarga, baik itu bagi pengembangan usaha kembali maupun bagi kebutuhan lain (biaya sekolah, dan lainnya). Kriteria-kriteria lain dapat dikembangkan sendiri oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan yang dilakukan.
         Sedangkan cara memberikan penilaian dapat dilakukan secara kualitatif, artinya penilaian dibuat tidak berdasarkan jumlah atau angka yang pasti, melainkan hanya kira-kira. Misalnya, nilai yang paling memudahkan adalah nilai perkiraan atau nilai perbandingan dari satu perkembangan keadaan dengan menyebutkan dalam kategori : banyak sekali – banyak – cukup – kurang - kurang sekali. Bisa juga dengan rentang atau skala nilai antara 1 sampai 10, dan sebagainya.
Selanjutnya, untuk melakukan teknik kajian masalah, dapat dilakukan langkah-langkah berikut:
1.    Tim Pemandu / KPM memastikan bahwa yang hadir telah mewakili unsur kelompok yang ada dalam desa. Unsur kelompok ini merupakan representasi dari forum pertemuan yang ada.
2.    Ketua Kelompok Desa dan anggotanya serta lembaga-lembaga pemerintahan desa tidak mengarahkan tetapi menyerap dan memfasilitasi jalannya diskusi.
3.    Ingatkan kepada peserta, bahwa masing-masing kelompok telah menyusun atau mengidentifikasi potensi dan masalahnya. Kini yang perlu disusun secara bersama-sama adalah menetapkan skala prioritas dari seluruh potensi dan masalah yang telah diidentifikasi.
4.    Ajak peserta untuk menetapkan terlebih dahulu kriteria atau patokan-patokannya dalam membuat nilai atau peringkat.
5.    Susunlah daftar kebutuhan semua kelompok menjadi satu satuan kebutuhan Kelompok Desa secara acak ( tidak dirangking ). Sebaiknya, sebelumnya dibuat pengelompokan masalah untuk :
    1). menyederhanakan tampilan seluruh permasalahan desa /
            kelurahan,
2). mendiskusikan pembidangan pembangunan desa. Masalah-masalah yang dalam satu topik / bidang dapat digabung, sehingga akan jnernperrnudah jalannya diskusi.
6.    Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok. Buatlah pembagian kelompok yang diacak, sehingga tidak terjadi pengelompokan anggota dari kelompok yang sama.
7.    Mintalah masing-masing kelompok untuk memberi penilaian antara 1 sampai dengan 10 pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disusun menjadi satu satuan, berdasarkan kriteria yang telah disepakati sebelumnya pada Lembar Skor Skala Prioritas Kebutuhan ( contoh terlampir pada lampiran  XVI ).
8.    Jumlahkan seluruh penilaian kelompok. Penilaian ini untuk menentukan skala prioritas. Item-item yang memiliki jumlah yang tertinggi adalah merupakan kebutuhan yang mendapat prioritas tertinggi pula.
9.    Diskusikan lebih lanjut dari hasil analisis pengkajian pilihan tersebut. Apabila ditemukan bahwa masalah-masalah yang masuk kategori rangking atas mengelompok pada satu dusun saja perlu dibahas kembali. Apabila masyarakat menilai bahwa pilihan tersebut telah sesuai, maka hasil tersebut harus disahkan menjadi dokumen perencanaan pendidikan Desa / Kelurahan.
10.  Sampaikan pada masing-masing perwakilan kelompok, untuk menginformasikan hasil diskusi tersebut kepada anggotanya.
Adapun pelaksanaan pengkajian potensi dan masalah dalam pelaksanaan SMPP di kabupaten Lamongan sesuai hasil angket yang disebar kepada 100 responden, didapat data sebagai berikut:





Tabel: 4.15
Keterlibatan Petani tambak Bandeng Dalam Pengkajian Potensi Dan Masalah

No.
Uraian
Jumlah
Persentase
1
Tidak pernah dilibatkan atau ditanya
86
86
2
Kadang – Kadang dilibatkan
12
12
3
Selalu dilibatkan
2
2
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )
              Dari data tabel 4.19 diketahui, bahwa petani tambak tidak pernah dilibatkan dalam pengkajian potensi dan maslah  sebanyak 86 %, kadang – kadang dilibatkan 12 %, yang selalu dilibatkan hanya 2 %. Dengan demikian maka pelaksanaan SMPP untuk petani tambak bandeng di Lamongan, masih tingkat Insial, karena sebagian besar petani tambak bandeng tidak dilibatkan dalam pengkajian potensi dan masalah.
5.3.2.    Penyusunan program pendidikan dan pelatihan
       Dalam penyusunan program pendidikan dan pelatihan, petani tambak bandeng tidak pernah dilibatkan 82 %, 15 % kadang – kadang, yang selalu dilibatkan 3 %.Jadi dalam Penyusunan program pendidikan dan pelatihan untuk petani tambak bandeng hanya melibatkan orang tertentu yang belum tentu mengerti kebutuhan dan aspirasi  para petani.Tabel berikut memperjelas keikutsertaan petani tambak bandeng dalam penyusunan program pendidikan dan pelatihannya.





Tabel: 5.16
Keikutsertaan Petani Tambak Bandeng Dalam Penyusunan Program Pendidikan Dan Pelatihan.


No.
Uraian
Jumlah
Persentase
1
Tidak pernah dilibatkan atau ditanya
82
82
2
Kadang – Kadang dilibatkan
15
15
3
Selalu dilibatkan
3
3
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009)
            Dalam penyusunan program pendidikan dan pelatihan akan membahas:
1. Membahas isu – isu strategis berupa prioritas permasalahan dan prioritas     pengembangan potensi yang harus dilaksanakan oleh Desa / Kelurahan setidaknya lima tahun ke depan, berdasarkan hasil   pengkajian  potensi dan masalah yang telah dilaksanakan sebelumnya.
2. Membahas dan merumuskan visi dan misi pembangunan desa / kelurahan berdasarkan hasil penggalian inspirasi pada forum-forum di bawahnya, baik yang dilakukan oleh BPD melalui kegiatan penyerapan aspirasinya, maupun oleh LDKM, RT-RW maupun organisasikemasyarakatan Desa /    Kelurahan lainnya.
3. Membahas program-program strategis yang perlu direalisasikan  secara      
     berkelanjutan dalam rangka mencapai visi – misi yang telah  ditetapkan.
               Selain itu  dalam penyusunan penyusunan program pendidikan dan 
      pelatihan berfungsi:
1.      Menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang
     diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat di bawahnya.
2.      Menetapkan prioritas kegiatan desa yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa yang berasal dari APBD Kabupaten Kota maupun sumber pendanaan lainnya.
3.      Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan yang selanjutnya akan   
      dibahas pada Musrenbang Kecamatan.
4.      Musrenbang Tahunan dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah Desa / Kelurahan, kinerja implementasi rencana tahun berjalan serta masukkan dari narasumber dan peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang sedang dihadapi.
5.3.3. Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan
          Dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, petani tambak bandeng terlibat sebagai peserta, pembantu panitia dan sebagai panitia pelaksana. Persentase kedudukan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terangkum dalam tabel berikut
Tabel: 5.17
 Kedudukan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan..

No.
Uraian
Jumlah
Persentase
1
Peserta
95
95
2
Pembantu panitia
3
3
3
Panitia Pelaksana
2
2
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009)
        Tabel: 5.21, menunjukkan, bahwa 2 % dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan adalah sebagai pelaksana. Hal ini terkait dengan kegiatan yag dibiayai oleh swadaya, Kades Blawi (2009 ). Adapun biaya yang dari Dinas terkait, petani hanya sebagai peserta ( 95 % ), hanya 3 % sebagai pembantu panitia. Harapan petani, dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan ditangani petani sendiri, baik dana swadaya maupun pemerintah, agar dapat meningkatkan keberdayaan para petani, Ketua LPM Desa Balun, Mulyono (2009 ).
5.3.4.    Sumber biaya pelaksanaan SMPP
Tabel: 5.18
Sumber Pembiayaan Pelaksanaan SMPP

No.
Uraian
Jumlah
Persentase
1
Dinas terkait
  77
  77
2
Pemerintah dan swadaya
    3
    3
3
Swadaya murni
  20
   20
4              Jumlah                                                                100               100
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009)
            Sumber dana untuk pelaksanaan SMPP dari Pemerintah 77 % dan swadaya murni 20 %. Pelaksanaan SMPP pada tingkat Emansipatoris, dana  harus bersumber dari swadaya murni, dana dari pemerintah hanya sebagai stimulan, bkan dana pokok.
            Penggalian dana pelaksanaan SMPP yang emansipatoris dapat diilustrasikan secara minimal sebagai berikut:
1. Ilustrasi penggalian sumber dana
         Gambaran penggalian dana ini, diprediksi secara minimal dari tiga sumber saja, yakni:
1). Produksi;
2). Pemasaran;
3). Pengolahan hasil produksi.
        Keuntungan dari biaya produksi, pupuk misalnya. Luas lahan tambak 25.000 Ha. Kebutuhan pupuk sekali tanam minimal 5 Kw / Ha,dengan harga per Kw ( Orea + TSP ) Rp 150.000,00 . Jadi kebutuhan pupuk sekali tanam 25.000 x  5 Kw  x Rp 150 .000,00 = Rp 1.875.000.000,00.
Bila prediksi keuntungan minimal 5 %, maka dari unit produksi mendapat keuntungan Rp 1.875.000.000,00 x 5 % = Rp 93.750.000,00
          Keuntungan dari biaya pemasaran, dana diperoleh dari insentif harga sebanyak Rp 50,00 / Kg hasil produksi yang dijual lewat kelompok .
Dari hasil insentif proses penjualan hasil produksi, diprediksi mendapatkan dana dalam sekali panen ( minimal )12.500 Ton = 12.500.000 Kg ( Produksi ½ Ton / Ha, luas areal 25.000 Ha ). Jadi pendapatan kelompok yang diperoleh dari seksi pemasaran adalah 12.500.000 Kg x Rp 50,00 = Rp 625.000.000,00
           Keuntungan yang diperoleh dari seksi pengelolaan. Diprediksi diolah 10 % dari hasil produksi ( 1.250.000 Kg ), dengan insentif harga
Rp 100,00 / Kg yang dijual lewat kelompok, maka kelompok mendapat  dana sebesar  1.250.000 Kg x Rp 100,00 = Rp 125.000.000,00
           Dari analisis deskriptif sumber dana secara minimal, dari tiga seksi yang terbentuk dalam Kelompok Tingkat Desa / Kelurahan, yakni seksi produksi, seksi pengolahan hasil produksi dan pemasaran dapat diperoleh dana  dalam sekali panen, sebagai berikut:
1). Seksi produksi                  Rp  93.750.000,00
2). Seksi Pemasaran            Rp 625.000.000,00
3). Seksi Pengolahan            Rp 125.000.000,00
______________________________________
Jumlah                                             Rp  843.750.000,00
2. Arahan penggunaan dana
    1). 50 % untuk kegiatan kelompok tingkat dasar ( RT / Dusun );
    2). 30 % untuk kegiatan tingkat Desa / Kelurahan;
    3). 15 % untuk Pemerintah, Dinas Terkait ( Pembinaan );
    4).   5 % untuk biaya cadangan ( Tak terduga ).
            Dari ketentuan arahan penggunaan dana, maka  perolehan dana setiap pos dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kelompok tingkat dasar tersedia dana Rp 843.750.000,00 x 50 % =
 Rp 421.875.000,00. Jumlah Desa / Kelurahan di kawasan petani tambak bandeng 165 Desa. Bila setiap desa terdapat 10 Kelompok dasar, maka di kabupaten Lamongan terdapat 1.650 kelompok dasar, dengan demikian maka setiap Kelompok dasar tersedia dana Rp  421.875.000,00 : 1.650 =
Rp 225.682,00
2. Kelompok tingkat Desa / Kelurahan, tersedia dana Rp 843.750.000,00 x 30 %   
= Rp 253.125.000,00. Setiap kelompok Desa / Kelurahan tersedia dana
 Rp 253.125.000,00 :165 = Rp 1.534.091,00
3.  Dana pembinaan untuk Dinas terkait Rp 843.750.000,00 x 15 %
     =  Rp 126.562.500,00.
4.  Dana cadangan sebanyak Rp 843.750.000,00 x 5 % = Rp 42.187.500,00
5.3.5.  Pengawasan Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan
           Dari hasil angket tentang pengawasan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, masyarakat tidak mengerti 19 % dan yang menjawab diawasi pemerintah 56 %, yang menjawab bersama – sama antara pemerintah dan masyarakat 12 %, sedangkan yang menjawab diawasi masyarakt saja hanya
13 %. Pengawasan oleh masyarakat yang 13 %  berkaitan dengan dana swadaya, Kades Putatkumpul ( 2009 ). Kalau dana dari Dinas terkait, petani tambak bandeng tidak ikut dalam pengawasan.Hal ini sesuai data survey berikut
Tabel: 5.19
Pengawasan Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan

No.
Uraian
Jumlah
persentase
1
Pemerintah
 56
 56
2
Pemerintah dan masyarakat
 12
 12
3
Masyarakat
 13
 13
4
Tidak mengerti / tidak menjawab
 19
 19
Jumlah
100
100
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009)
5.3.6.  Pertanggungjawaban Program
           Pertanggungjawaban program masih didominasi pemerintah ( 76 % ), sehingga masyarakat tidak merasa memiliki. Programyang telah dilaksanakan tidak ada tindak lanjut, akibatnya cepat rusak, masyarakat apatis tentang apakah tujuan program tercapai, apakah penggunaan dana benar dan sah. Masyarakat tidak peduli. Urain tersebut sesui data hasil angket sebagai berikut:
 Tabel: 5.20
Pertanggungjawaban Program Pendidikan Dan Pelatihan

No.
Uraian
Jumlah
persentase
1
Pemerintah
 76
 76
2
Pemerintah dan masyarakat
 16
 16
3
Masyarakat
   8
   8
Jumlah
100
100
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009)
         Setiap program pendidikan yang dilaksanakan harus dapat dipertanggung
jawabkan oleh pelaksana, secara administratif maupun sosial. Yang harus dipertanggung-jawabkan oleh pelaksana  adalah:
1.    Ketercapaian tujuan program, yakni apakah pelaksanaan program sudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mengena pada sasaran yang dikehendaki.
2.    Penggunaan dana, yakni apakah dana yang tersedia digunakan untuk pembiayaan pelaksanaan program dan apakah penggunaan dengan cara yang benar dan sah.
          Adapun bentuk pertanggung-jawaban program:
1.    Laporan tertulis, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, sampai dengan hasil – hasil pelaksanaan  program.
2.    Pembukuan keuangan, disertai dengan bukti bukti sah penerimaan – pengeluaran.
3.    Dokumen – dukomen yang relevan, seperti berita acara serah – terima, foto – foto, dsb.
           Pertanggungjawaban disampaikan kepada:
1.Pertanggung-jawaban administratif disampaikan kepada pemerintah atau pemberi dana.
2.    Pertanggung-jawaban sosial akan disampaikan kepada masyarakat, bisa melalui forum musyawarah desa atau musyawarah kelompok tingkat Desa / Kelurahan
            Pertanggungjawaban dilaksanakan setelah realisasi kegiatan selesai dilaksanakan. Pertanggungjawaban dilaksanakan melalui forum Musyawarah Pertanggungjawaban. Musyawarah Pertanggungjawaban dimaksudkan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan secara administratif maupun publik, dan diselenggarakan dengan langkah:
1.      persiapan,
2.      pelaksanaan musyawarah,
3.      penyusunan berita acara hasil musyawarah,
4.      perumusan rekomendasi dan perbaikan program,
5.      menyusun tindak lanjut program meliputi pemeliharaan, pelestarian dan pengembangan terhadap program yang telah selesai     
       dilaksanakan.
             Dalam rangka pemeliharaan dan pelestarian dapat dibentuk Tim Operasional dan Pemeliharaan ( O & P ) maupun kegiatan pasca program meupun langkah-langkah pelaksanaannya. Keanggotaan Tim O & P dapat berasal dari unsur Kelompok / RT, Dusun / RW, maupun kelompok masyarakat lainnya.
5.3.7.  Pengendalian Program

           Pengendalian program merupakan salah satu rangkaian dari manajemen pendidikan secara keseluruhan. Pengendalian program harus menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pendidikan. Hal ini diwujudkan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan dan pendidikan, sehingga muncul partisipasi dan keswadayaan masyarakat secara optimal, yang selanjutnya masyarakat ikut merasa memiliki dari hasil pembangunan dan pendidikan yang telah dilaksanakan tersebut.
 yang dimaksud dengan pengendalian program adalah kegiatan untuk menjamin adanya kesesuaian program yang dilakukan dengan sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya, sekaligus memberikan koreksi atas penyimpangan atau ketidakmampuan dalam pelaksanaan program.
Pengendalian program menekankan koordinasi secara mantap antar sektor dan pelaku program, serta pengawasan oleh masyarakat. Bentuk kegiatan Pengendalian Program meliputi :
1. pelaporan,
2. pengawasan publik,
3. pemantauan dan evaluasi,
4. bantuan teknis.
         Pelaporan, merupakan proses penyampaian data dan / atau informasi mengenai kemajuan pelaksanaan kegiatan, beserta berbagai masalah yang dihadapi. Pelaporan bertujuan untuk mengetahui perkembangan proses pelaksanaan kegiatan mulai pengkajian potensi dan masalah, pelaksanaan sampai pada tahap pertanggungjawaban dan pelestarian.
         Pengawasan Publik adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan pendidikan. Pengawasan Publik ini bertujuan untuk memastikan :
1.  Seluruh proses pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan aturan main
     serta ketentuan yang telah disepakati bersama,
3.    Pengelolaan kegiatan berjalan tepat sasaran, tepat waktu dan tepat
      pemanfaatan.
          Untuk menumbuhkan proses pengawasan publik agar dapat berjalan dengan baik, maka pengelola program di Desa / Kelurahan perlu memberikan informasi yang seluas-Iuasnya kepada masyarakat berkaitan dengan perkembangan pelaksanaan kegiatan melalui :
1.    Papan Informasi, yang berisi :
            1). Nama Kegiatan,
2). Waktu Pelaksanaan Kegiatan,
3). Jumlah dan Sumber Anggaran.
2. Forum-forum pertemuan yang dilakukan di Desa / Kelurahan


 







 













   
Gambar: 5.9
Jaringan Organisasi Pemberdayaan Petani Tambak Bandeng

           Pengendalian program, masyarakat kurang terlibat, yakni tetap pemerintah mendominasi pengendalian progran ( 75 % ), sesuai hasil angket berikut:
Tabel: 5.21
Pengendalian Program Pendidikan Dan Pelatihan

No.
Uraian
Jumlah
persentase
1
Pemerintah
 75
 75
2
Pemerintah dan masyarakat
 14
 14
3
Masyarakat
  11
  11
Jumlah
100
100
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009)
5.3.8. Pemantauan Dan Evaluasi.
          Pemantauan adalah proses pengumpulan informasi yang dilakukan secara terencana untuk melihat apakah kegiatan atau program telah berjalan sesuai dengan rencana. Kegiatan ini bisa dilakukan secara rutin dan berkala, maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Evaluasi adalah proses pengumpulan dan analisa informasi untuk melihat apakah kegiatan atau program telah membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Atau bisa juga dikatakan bahwa evaluasi ini untuk melihat sejauh mana kegiatan atau program telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
          Dengan demikian pemantauan dan evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, dan menjadi sama pentingnya dengan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program itu sendiri.
          Pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui kemajuan perkembangan program, dan menilai kesesuaian pelaksanaan program dengan prinsip dan mekanisme yang telah ditetapkan, dan mendokumentasikan berbagai        kegiatan sebagai bahan penyusunan  tindakan perbaikan.
              Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi dapat dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat sendiri maupun oleh Lembaga / Badan / Dinas yang memiliki kewenangan melakukan pemantauan dan evaluasi.
           Pemantauan dan evaluasi partisipatif merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, masyarakat bukan sekedar sebagai penerima manfaat program dan sumber informasi, tetapi mereka dapat menjadi pelaku yang berperan dalam pengendalian program tersebut.
           Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dengan mempertimbangkan biaya dan waktu yang diperlukan. Misalnya bila waktu dan biaya sangat terbatas, maka pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara acak.Agar pemantauan dan evaluasi mendapatkan hasil yang maksimal, maka harus diupayakan melibatkan pihak-pihak yang terlibat ( pengelola maupun penerima manfaat secara langsung).
      Analisis data pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dalam pelaksanaan sistem manajemen pendidikan partisipatif di kabupaten Lamongan, diuraikan pada tabel berikut
Tabel:  5.22
Pemantauan Dan Evaluasi  Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan

No.
Uraian
Jumlah
persentase
1
Pemerintah
 74
 74
2
Pemerintah dan masyarakat
 14
 14
3
Masyarakat
 12
 12
Jumlah
100
100
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009)
         Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan SMPP di Kabupaten Lamongan, menurut hasil jawaban responden dari 100 angket, adalah oleh pemerintah 74 %, pemerintah dan masyarakat 14 % dan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat hanya 12 %, terkait dengan dana swadaya, Kades Blawi ( 2009).
5.4.    Analisis Rekomendasi  Pengembangan Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan
5.4.1.Analisis SWOT
        Analisis pengembangan sistem manajemen pendidikan partisipatif menggunakan analisis SWOT secara kualitatif. Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi obyek, yaitu untuk melihat Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman) serta menginventarisasi faktor-faktor tersebut dalam strategi perencanaan yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan langkah-langkah dasar pemecahan masalah yang diperlukan dalam pengembangan selanjutnya.
1. Kekuatan (Strength)
         Aspek yang dapat menjadi kekuatan dari Pertanian Tambak Bandeng Lamongan adalah sebagai berikut.
1). Komitmen Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam membantu sumberdaya baik sarana prasarana, dana, sumberdaya manusia kepada petani tambak bandeng.
2). Dukungan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, ditandai dengan visinya, ”Terwujudnya Perekonomian Daerah Melalui Optimalisasi Usaha dan Pembedayaan Masyarakt di Bidang Perikanan dan Kelautan”.
3). Adanya lahan pertanian tambak bandeng seluas 31 % dari  seluruh wilayah persawahan , yang merupakan pencaharian 29% penduduk kabupaten Lamongan.
4). SDM petani tambak bandeng yang rata- rata berpendidikan SLTP.
5). Adanya kelompok petani tambak yang berjumlah 70, yang rata-rata 9 kelompok di setiap kecamatan.
2.    Kelemahan (Weakness)
  Aspek yang merupakan masalah atau kendala yang datang dari dalam wilayah atau obyek itu sendiri. Aspek yang dapat menjadi kelemahan dari petani tambak bandeng di kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :
1)    Produktifitas pertanian tambak bandeng rendah.
2)    Harga jual hasil produksi murah.
3)     Pejualan hasil produksi sistem ijon
4)    Belum semua kecamatan wilayah petani tambak memiliki kelompok yang memadai.
5)    Pasar ikan air tawar ( Ikan Bandeng ) hanya satu yang memadai, ( Pasar Ikan Lamongan ).
3.    Peluang (Opportunity)
Kesempatan yang berasal dari luar wilayah studi. Kesempatan tersebut diberikan sebagai akibat dari pemerintah, peraturan atau kondisi ekonomi global. Aspek yang dapat menjadi peluang dari Pertanian tambak bandeng di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut:
1)    Kabupaten Lamongan terletak 40 km dari ibukota propinsi Jawa Timur dan jalur utama dari dua kota industri yaitu Tuban dan Gresik.
2). Misi Dinas Perikanan dan Kelautan, mewujudkan  produksi  dan   -
     produktifitas Perikanan.
3).  Peluang pasar yang terbuka baik lokal maupun antar daerah.
4). Tersedia kolam pembenihan di sekitar Kantor Dinas Perikanan dan
      Kelautan Kabupaten Lamongan.
5).  Tersedianya pasar di setiap kecamatan
6).  Adanya dana dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi dan APBN   
      untuk pembiayaan pembangunan bidang perikanan sebesar       
      Rp.13.559.392.100,00
7). Kebutuhan konsumsi ikan masih kurang baik kebutuhan lokal maupun
     antar  daerah.
4.    Ancaman (Threats)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian yang berasal dari luar wilayah studi. Aspek yang dapat menjadi kerugian dari pertanian tambak di Kabupaten Lamongan adalah:
1). Adanya pedagang yang memonopoli perdagangan di pasar
    Lamongan,
2). Belum terbentuk jaringan pemasaran yang efektif,
3). Harga ikan laut lebih murah.
5.  Analisis IFAS dan EFAS  SMPP di Kabupaten Lamongan
       Salah satu langkah untuk  menetukan strategi pengembangan yang akan dilakukan adalah dengan mengintrepretasikan faktor – faktor internal dan eksternal melalui interpretasi streght (kekuatan), weakness  (kelemahan), oportunity (peluang) dan threats (ancaman). Berikut ini merupakan analisis dengan metode SWOT untuk SMPP di Kabupaten lamongan melalui proses telaah IFAS ( External strategic Factors Analysis Summary ) untuk diketahui posisi kedudukannya dalan kuadran SWOT.
      Penilaian dalam kuadran SWOT dilakukan dengan metode pembobotan pada elemen tiap aspek internal maupun eksternal yang telah ditentukan sebelumnya.  Kemudian ditentukan ratingnya berdasarkan kondisi eksisting dan pengaruhnya eleman tersebut dalam Sistem Manajemen Pendidikan Partisipatif yang terdapat di Kabupaten Lamongan. Nilai bobot merupakan nilai pada tiap elemen yang terdapat pada aspek internal maupun eksternal yang diperolah dari hasil survey primer yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti. Pemberian kategori bobot dilakukan dengan membagi besaran nilai aspek internal maupun eksternal dengan jumlah bobot total adalah bernilai 1. Cara ini dilakukan untuk memperlihatkan besarnya pengaruh setiap nilai elemen aspek internal maupun eksternal dalam penentuan strategi pengembangan.
       Nilai rating adalah nilai faktor atau variabel yang didasarkan pada kondosi eksisting dan pengaruhnya elemen tersebut dalam SMPP terutama pada seberapa besar pengaruhnya terhadap pengembangan SMPP yang terdapat di Kabupaten Lamongan. Rating dihitung untuk masing – masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi kegiatan SMPP yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel myang masuk kategori kekuatan dan peluang) diberi nilai dari +1 sampai dengan +4 sangat baik). Sedangkan varibel yang bersifat negatif, jika kelemahannya besar sekali nilainya adalah 4, sedangkan jika kelemahannya di bawah rata – rata, nilainya adalah 1. Pada analisis IFAS SMPP di Kabupaten lamongan, kekuatan sebagai faktor strategi internal sebesar 1,9 sedangkan nilai kelemahannya yang dimiliki sebesar 1,7 seperti data berikut































Tabel: 5.23

Analisis IFAS SMPP Di Kabupaten Lamongan
Faktor - faktor Strategi Internal
Bobot
Rating
BobotX
rating
KEKUATAN
1).  Komitmen Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam membantu sumberdaya baik sarana prasarana, dana, sumberdaya manusia kepada petani tambak bandeng.
2). Dukungan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, ditandai dengan visinya, ”Terwujudnya Perekonomian Daerah Melalui Optimalisasi Usaha dan Pembedayaan Masyarakt di Bidang Perikanan dan Kelautan”.
3). Adanya lahan pertanian tambak bandeng seluas 31 % dari  seluruh wilayah persawahan , yang merupakan pencaharian 29% penduduk kabupaten Lamongan.
4). SDM petani tambak bandeng yang rata- rata berpendidikan SLTP.
5). Adanya kelompok petani tambak yang berjumlah 70, yang rata-rata 9 kelompok di setiap kecamatan.

Sub total
0,1


0,1





0,1



0,1

0,1



0,5
4

4


4

4
3
0,4

0,4


0,4

0,4
0,3

1,9
                                                           KELEMAHAN
1)     Produktifitas pertanian tambak bandeng rendah.
2)     Harga jual hasil produksi murah.
3)      Pejualan hasil produksi sistem ijon
4)     Belum semua kecamatan wilayah petani tambak memiliki kelompok yang memadai.
5)     Pasar ikan air tawar ( Ikan Bandeng ) hanya satu yang memadai
      ( Pasar Ikan Lamongan ).
Sub Total

0,1
0,1
0,1
0,1

0,1
0,5

3
4
3
3

4

0,3
0,4
0,3
0,3

0,4
1,7
Total
1

3,6
Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )
            Analisis EFAS untuk mengetahui seberapa besar nilai faktor eksternal yang berpengaruh pada SMPP. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh bahwa hasil penilaian EFAS SMPP untuk faktor peluang sebagai salah satu faktor eksternal sebesar 2,7,  sedangkan untuk faktor ancaman sebesar 1,0. Nilai keseluruhan yang merupakan jumlah antara peluang dan ancaman sebesar 3,7
Tabel: 5.24
Analisis EFAS SMPP di kabupaten Lamongan

Faktor - faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
BobotX
rating
                                                                         PELUANG
1). Kabupaten Lamongan terletak 40 km dari ibukota  
     propinsi Jawa Timur dan jalur utama dari dua kota
     industri yaitu Tuban dan Gresik.
2). Misi Dinas Perikanan dan Kelautan, mewujudkan   
     produksi  dan produktifitas Perikanan.
3).  Peluang pasar yang terbuka baik lokal maupun antar
      daerah.
4). Tersedia kolam pembenihan di sekitar Kantor Dinas
     Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan.
5). Tersedianya pasar di setiap kecamatan
6). Adanya dana dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi
      dan APBN untuk pembiayaan pembangunan bidang
      perikanan sebesar Rp.13.559.392.100,00
7). Kebutuhan konsumsi ikan masih kurang baik kebutuhan lokal
      maupun antar daerah.

Sub total
                                                                    ANCAMAN
0,1



0,1


0,1


0,1

0,1


0,1


0,1



0,7
4




4


4


4

3


4

4
0,4




0,4


0,4


0,4

0,3


0,4


0,4



2,7
1). Adanya pedagang yang memonopoli perdagangan di   
     pasar Lamongan,
2). Belum terbentuk jaringan pemasaran yang efektif,
3). Harga ikan laut lebih murah.
                                                 Sub Total
0,1

0,1
0,1
0,3
3

4
3

0,3

0,4
0,3
1.0
Total
1

3,7
  Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )


5.4.2.    Dasar Pemberian Bobot Dan Rating Aspek Kegiatan Pada Elemen       
            Kekuatan
 Semua elemen kekuatan diberi bobot sama yaitu 0,1 yang diperoleh 1 dibagi dengan 10 faktor – faktor ekternal baik kekuatan (streght) maupun kelemahan (weakness)
1. Komitmen pemerintah Kabupaten laamongan dalam membantu sumber daya baik sarana prasarana, dana, sumberdaya manusia pada SMPP utamanya  berkaiatan dengan teknologi informasi (Bobot 0,10 dan Rating 4)
      Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan     
      pengaruh yang sangat besar terhadap kesiapan petani tambak dalam
      mengembangan SMPP. Faktor komitmen pemerintah daerah merupakan
      salah faktor penting untuk    berkembangannya kegiatan pengembangan
      SMPP di Kabupaten Lamongan
         2.   Dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan dengan
               ditandai dengan Visi dan misinya, mewningkatkan produktifitas perikanan
               (  bobot 0,10 dan rating 4 )
Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini meberikan pengaruh yang    
               sangat besar terhadapa kondisi pengembangan SMPP. Faktor sumber dukungan Dinas Perikanan dan Kelautan dalam peningkatan produktifitas perikanana di  Kabupaten Lamongan, merupakan salah satu faktor penting untuk berkembangnya kegiatan pengembangan SMPP di Kabupaten Lamongan.
3.  Adanya lahan pertanian tambak bandeng seluas 31 % dari  seluruh wilayah    
    persawahan , yang merupakan pencaharian 29% penduduk kabupaten   
    Lamongan. ( bobot 0,1 dan rating 4 )
  Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan pengaruh    
  yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan SMPP merupakan    
  salah satu faktor sangat penting dan menunjang untuk menunjang kegiatan
  SMPP di Kabupaten lamongan
  4.   SDM petani tambak bandeng yang rata- rata berpendidikan SLTP.
  ( bobot  0,10 dan rating 4 )
  Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan pengaruh  
  yang sanga besar terhadap kondisi pengembangan SMPP. Faktor
  pendidikan       
 Petani tambak, keterampilan dan pengalaman merupakan salah satu faktor  
           sangat penting dan menunjang  SMPP di kabupaten Lamongan.
5.  Adanya kelompok petani tambak yang berjumlah 70, yang rata-rata 9  
            kelompok di setiap kecamatan ( bobot 0,10 dan rating 3 )
Rating 3 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kondisi pengembangan SMPP. Faktor adanya kelompok merupakan salah satu faktor sangat penting dan menunjang untuk berkembangnya kegiatan SMPP di Kabupaten Lamongan.
  5.4.3. Dasar Pemberian Bobot Dan Rating Aspek Kegiatan Pada Elemen   
            Kelemahan
        1. Produktifitas pertanian tambak bandeng rendah( bobot 0,10 dan rating  4)
Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan      pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan. Produktifitas pertanian tambak bandeng di Kabupaten Lamongan, merupakan Salah satu faktor penting dan munujang untuk kegiantan pengembangan SMPP di Kabupaten Lamongan.
       2.  Harga jual hasil produksi murah.( 0,10 dan rating 3 )
Rating 3 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kondisi pengembangan SMPP. Harga hasil produksi murah dapat menurunkan penghasilan yang berakibat penurunan kesejahteraan.
       3.  Pejualan hasil produksi sistem ijon( bobot 0.10 dan dan rating 3 )
  Bobot 3 berdasarkan penilaiaan bahwa faktor tersebut membawa    
  penmgaruh  yang besar terhadap posisi strategis pengembangan    
  SMPP karena faktor sistem pejualan hasil produksi dapat mempengaruhi        
  naik turunnya harga.
       4. Belum semua kecamatan wilayah petani tambak memiliki kelompok  yang       
           memadai.(bobot  0,10 dan rating 4 )
              Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa pengaruh faktor tersebut terhadap    
              posisi strategis pengembangan SMPP tergolong sangat besar karena dengan   
              bergabung dalam kelompok merupakan alat untuk menggerakkan SMPP.
      5. Pasar ikan air tawar ( Ikan Bandeng ) hanya satu yang memadai yakni  Pasar   
          Ikan Lamongan, pasar yang kurang merata mengakibatkan perdagangan mudah termonopoli oleh pedagang tertentu saja.     
5.4.4.   Dasar Pemberian Bobot Dan Rating Aspek Kegiatan Pada Elemen
          Peluang
 Semua elemen kekuatan diberi bobot sama yaitu 0,1 yang diperoleh dari angka 1 dibagi dengan 10 faktor – faktor internal baik peluang (opportunity)    
 maupun ancaman (threats)
1. Kabupaten Lamongan terletak 40 km dari ibukota   propinsi Jawa Timur dan   
    jalur utama dari dua kota industri yaitu Tuban dan Gresik.
    ( bobot 0,1 dan rating 4 )
   Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan SMPP. Faktor letak 40 km dari ibukota    propinsi Jawa Timur dan jalur utama dari dua kota industri yaitu Tuban dan Gresik, sangat penting dan menunjang untuk kegiatan   
    pengembangan pemasaran hasil di Kabupaten Lamongan.
2. Misi Dinas Perikanan dan Kelautan, mewujudkan   produksi  dan produktifitas  
    Perikanan( bobot 0,10 dan rating 4 ).
    Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan pendidikan berbasis SMPP. Faktor kebijakan dan dukungan pemerintah merupakan salah satu faktor   sangat penting dan menunjang untuk berkembangnya kegiatan    
      pengembangan pendidikan berbasis SMPP di Kabupaten Lamongan.
2.    Peluang pasar yang terbuka baik lokal maupun antar daerah. ( bobot 0,1 dan    
     rating 4 ).
            Rating 4 berdasarkan penilaian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan pendidikan berbasis SMPP. Penguasaan SMPP melalui pendidikan dan latihan berpengaruh pada kegiatan pengembangan kegiatan untuk membuka pasar antar daerah.
4. Tersedia kolam pembenihan di sekitar Kantor Dinas   Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan.( bobot 0,1 dan rating 4 )
      Rating 4 berdasarkan penelitian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan pendidikan berbasis SMPP. Tempat ini bisa digunakan sebagai tempat pelatihan dan percontohan pendidikan dalam pembenihan ikan dan cara meningkatkan produktifitas hasil perikanan .
5.  Tersedianya pasar di setiap kecamatan di Kabupaten Lamongan
(  bobot 0,1dan rating 4 )
Rating 4 berdasarkan penelitian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan pendidikan berbasis SMPP. Dengan ketersediaan pasar walaupun bukan pasar ikan, dapat sebagai transit ikan menuju ke daerah tujuan.
6. Adanya dana dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi dan APBN untuk pembiayaan pembangunan bidang  perikanan sebesar Rp.13.559.392.100,00 ( bobot 0,1 dan    rating 3 )
      Rating 3 berdasarkan penelitian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar karena dengan adanya dana dapat merangsang masyarakat untuk menggali dana yang lebih besar dari swadaya.
 7. Kebutuhan konsumsi ikan masih kurang baik kebutuhan lokal maupun
            antar daerah( bobot 0,1dan rating 4 )
Rating 4 berdasarkan penelitian bahwa faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan pendidikan berbasis SMPP. Karena kebutuhan konsumsi ikan akan mempengaruhi harga pasar hasil produksi perikanan di Kabupaten Lamongan
5.4.5. Dasar Pemberian Bobot  Dan Rating Aspek Kegiatan Pada Elemen  Ancaman
    1.  Adanya pedagang yang memonopoli perdagangan di    pasar Lamongan,
               (   bobot   0,1dan rating 3 )
 Rating 3. Faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi pengembangan pendidikan berbasis SMPP. Faktor ini bisa mempermainkan harga pasar, tanpa peduli terhadap penghasilan petani tambak, yang berakibat keputusasaan
          2.  Belum terbentuk jaringan pemasaran yang efektif ( bobot 0,1 dan  
               rating 4).
      Rating 4. faktor ini berpengaruh besar terhadap harga hasil produksi, karena denga jaringan sistem pemasaran yang efektif dapat membantu para petani tambak, agar dapat menjual hasil produksinya dengan harga yang layak.
           3. Harga ikan laut lebih murah ( bobot 0,1 dan rating 3 )
 Rating 3. Faktor ini berpengaruh terhadap pertanian tambak, tapi 
 tidak dominan, karena beda konsumen.
             Berdasarkan analisis SWOT dan IFAS / EFAS dapat disimpulkan bahwa potensi + masalah adalah 0,20 dan peluang + ancaman adalah 1,7 seperti pada perhitungan berikut :
X    =   Potensi + Masalah
       =   1,90 – 1,70         =          0,20
Y    =   Peluang + Ancaman
       =   2,7 – 1,0             =          1,7
Hasil analisis SWOT dan analisis IFAS / EFAS tersebut ditas dapat ditentukan letak kedudukan dari kondisi pelaksanaan SMPP  di Kabupaten Lamongan, yaitu seperti berikut:



 

















Gambar 5.10
Hasil IFAS dan EFAS SMPP Di Kabupaten Lamongan

Berdasarkan kedudukannya dalam kuadran SWOT, maka posisi SMPP terletak pada kuadran I yang memiliki strategi pertumbuhan stabil,  pengembangan dilakukan secara bertahap dan target disesuaikan dengan kondisi. Makna dari posisi kuadran I dan ruang B tersebut adalah pengembangan SMPP dilaksanakan dengan bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan dalam mengaplikasikan SMPP, agar dapat  meningkatkan  tingkat tahapan dari Inisial ke partisipatoris atau ke tahap Emansipatoris.
Strategi yang dilakukan terkait dengan posisi kuadran SWOT pada ruang B.
Hasil penelitian dapat diperoleh, bahwa potensi pertanian tambak bandeng di kabupaten Lamongan seperti  tabel berikut:









Tabel: 5.25

Potensi Pertanian tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan

No.
Potensi
Keadaan
Kesimpulan
1
Penduduk
345.895 Jiwa
Baik
2
Pendidikan
TamatSD(14%),SLTP ( 26 % ),SLTA (21%),
 PT ( 8 % )
Baik
3
Kelompok Petani Tambak Bandeng
( PTB )
70 kelompok, Rata –rata 9 / kecamatan. Kecamatan Sekaran dan Maduran belum tebentuk PTB
Baik
3
Sosial Ekonomi
Paspasan75,31%;18%Bisamenebung 1 juta/ bulan;5,74 % bisa menabung 2 juta / bulan
Kurang
4
Intensitas pembinaan
53,04% tidak pernah; 32,59% 1kali/ 6 bulan; 12 % tiga bulanan, 1,92 % setiap bulan
Buruk
5
Kemiringan tanah
 0 -2 %( 72,5 %), Curam ( 0,16 % ), selebihnya landai
Baik
6
Sarana Pasar Ikan
Terdapat 4 pasar ikan  ,untuk ikan darat hanya dua, yaitu Blawi dan Lamongan
Cukup
7
Luas Lahan
25.959 Ha, setiap petambak rata- rata 0,976 Ha
Baik
8
Ketersediaan
air Hujan
Hujan bulan Oktober – Mei, dengan curah hujan tinggi, yakni 1.428 ( mm )
Baik
9
Ketersedian Air Sungai
Terdapat 31 Sungai Kecil, 3 Sungai besar, terdapat bengawan Solo yang airnya mengalir sepanjang tahun
Baik
10
Ketersediaan Waduk
Tersedia waduk di setiap kecamatan, hanya Kec. Glagah, Kalitengan dan Karangbinangun
Baik
11
Mata Air
60 titik mata air efektif, dengan total debit rata-rata 1.595,50 m3/detik
Baik
12
Ketersediaan Pasar
Tersedia pasar di setiap Kecamatan, walaupun bukan pasar ikan
Baik
13
Produktifitas
1,838 / Ha / tahun
Rendah
14
KualitasHasil Produksi
95 %, 10 – 12 ekor / Kg
5 %,  4 – 6 ekor / Kg
Rendah
15
Harga Jual
Rp 7.390,00 / Kg
Murah
16
Sistem Penjualan
Ijon ( 69 %),  melalui tengkulak ( 7 % ),menjual ke Pasar ( 24 %), lelang ( 0 % ).
Ijon

Hasil penelitian diperoleh, bahwa penyebab kelambanan peningkatan penghasila petani tambak bandeng adalah seperti tabel berikut:




Tabel: 5.26
Penyebab  Kelambanan Peningkatan Penghasilan Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Lamongan
No.
Penyebab
Keadaan
Kesimpulan
1
Produktifitas
Dibawah BEP produksi, 1,838 ton / Ha / tahun.
ROI = – Rp 0,25
R/   =     Rp 0,75
Produktifitas
Rendah
2
Harga
Di bawah BEP harga,
Rp 7..390,00 / Kg
ROI = – Rp 0,25
R/   =     Rp 0,75

Harga Murah
3
Kualitas hasil Produksi
95 %, 10 – 12 ekor / Kg
5 %,  4 – 6 ekor / Kg
Rendah
4
Sistem Penjualan
Melalui Tengkulak Rp 8.000,00
Dijual ke pasar Rp 6.980,00
Sistem Ijon Rp 6.638,00
Sistem Ijon, harga paling murah
      Sumber: Pengolahan Data Primer ( 2009 )

Pelaksanaan SMPP di kabupaten Lamongan dapat diketahui pada tabel berikut:
Tabel: 5.27
Pelaksanaan SMPP

No.
Ruang Lingkup
Keteribatan / Kedudukan
Kesimpulan
1
Penggalian Potensi dan Masalah
86 % tidak terlibat,
12 % kadang – kadang,
2 % selalu terlibat
Tingkat Inisial
2
Penyusunan Program Pendidikan Dan Pelatihan
82 % tidak terlibat,
15 % kadang – kadang,
3 % selalu terlibat
Tingkat Inisial
3
Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan
85 % Peserta,
  3 % pembantu Panitia,
  2 % Panitia.
Tingkat Inisial
4
SumberPembiayaan Pelaksanaan SMPP

77 % Dinas Terkait,
   3 % Dinas & Swadaya,
20  % Swaday Murni.
Tingkat Inisial
5
   Pengawasan
   Pelaksanaan
   Pendidikan
   Dan Pelatihan


58 % Dinas Terkait,
12 % Dinas & Swadaya,
13  % Swadaya Murni,
19 %Tidak tahu.
Tingkat Inisial
6
Pertanggungjawaban Program Pendidikan Dan Pelatihan
76 % Dinas Terkait,
 16 % Dinas & Swadaya,
   8 % Swaday Murni
Tingkat Inisial
7
Pengendalian Program Pendidikan Dan Pelatihan


75 % Dinas Terkait,
14 % Dinas & Swadaya,
 11  % Swaday Murni
Tingkat Inisial
8
Pemantauan Dan Evaluasi  Pelaksanaan SMPP


74 % Dinas Terkait,
14% Dinas & Swadaya,
12  % Swaday Murni.
Tingkat Inisial


5.5.  Strategi Pengembangan SMPP di Kabupaten Lamongan
         Berdasarkan analisis SWOT dan IFAS EFAS, posisi SMPP terletak pada kuadran I dan ruang B yang memiliki strategi pertumbuhan stabil, pengembangan dilakukan secara bertahap dan target disesuaikan dengan kondisi. Dengan posisi kuadran SMPP tersebut, maka strategi yang harus dilakukan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Perikanan dan kelautan adalah:


5.5.1. Dengan memaksimalkan faktor-faktor Strenght (kekuatan) dan   Opportunity     
                 (  peluang ) yaitu:
  1. Meningkatkan komitmen Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam membantu sumberdaya baik sarana prasarana, dana, sumberdaya manusia kepada petani tambak bandeng, agar basa merebut pasar lokal dan antar daerah.
        2. Meningkatkan dukungan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, untuk mewujudkan peningkatan Perekonomian Daerah Melalui Optimalisasi Usaha dan Pembedayaan Masyarakt di Bidang Perikanan dan     Kelautan dengan memanfaatkan kolam yang tersedia di Dinas Perikanan Dan Kelautan sebagai percontohan.
        3.  Pengelolahan  lahan pertanian tambak bandeng dari tradisional ke intensif, agar bisa meningkatkan hasil produksi, sehingga bisa memenuhi kebutuhan konsumsi ikan baik lokal maupun antar daerah.
        4. Pemberdayaan SDM petani tambak bandeng dengan pendidikan dan pelatihan  yang tersistem dengan memanfaatkan dana stimulan dari pemerintah yang  tersedia.
        5. Memaksimalkan fungsi  kelompok petani tambak bandeng yang telah terbentuk dan pembentukan kelompok di Kecamatan Maduran, Sekaran dan Laren, agar bisa menggearakkan pasar yang tersedia sebagai pasar ikan.
5.5.2. Meminimalkan Weaknes (kelemahan) dan Threaten (ancaman) yaitu:                                                         
1.   Meningkatkan Produktifitas hasil pertanian tambak bandeng dengan
               pengelolaan secara intensif dan menunda waktu panen.
2.  Meningkatkan harga jual hasil produksi  dengan meningkatkan kualitasnya.
3.    Pejualan hasil produksi sistem lelang dengan menghidupkan pasar di    
      setiap kecamatan yang telah ada.
4.    Pembentukan kelompok petani tambak bandeng di setiap  desa dengan  
      anggota maksimal 20 petani / Kelompok.
5.    Disediakan pasar ikan di setiap pasar yang tersedia di setiap kecamatan,
      agar mempermudah petani tambak untuk menjual hasil produksinya.
         6.  Memimalisir  pedagang yang memonopoli  dengan memebentuk jaringan
              pemasaran  antar daerah. 
         8.  Pasar ikan laut ( hasil tangkap ) dipisahkan dengan pasar ikan budidaya.




 
 
BAB VI
P  E  N  U  T  U  P
6.1.  Kesimpulan
               6.1.1.  Potensi pertanian tambak bandeng di kabupaten Lamongan
                               1. Sumber daya manusia
        1). Jumlah penduduk 345.895  jiwa ( 29 % ) dari penduduk kabupatenLamongan, yang berdomisili di delapan Kecamatan yang tergabung  dalam 71.167 KK, denga Pendidikan formal  rata- rata  SLTP.
              2). Lembaga pendukung, personil Dinas Perikanan dan Kelautan sebanyak  106 orang dengan pendidikan rata – rata S1 didukung  71  kelompok Patani Tambak yang tersebar di desa – desa di wilayah  pertanian  tambak bandeng di kabupaten Lamongan, kecuali kecamatan Sekaran dan kecamatan Maduran belum dibentuk kelompok petani tambak.
          2 . Sumber daya alam
               1).  Luas lahan pertambakan bandeng 25.959 Ha, lahan      garapan   rata-
                     rata 1 Ha / Petani Tambak Bandeng.
     2). Kesesuaian lahan, kemiringan tanah 0 – 2 %  seluas 72,5 %.
     3). Kesesuaian Hidrologi:
          a.  Curah hujan tinggi, yakni  rata –rata 1.428 ( mm ), dalam   sepuluh   
               tahun  terakhir,  tertinggi pada bulan pebruari,  27kali; volume Netto
               669.340.000 m3
          b. Air Sungai, terdapat 31 Sungai Kecil, 3 Sungai besar,  terdapat  
              bengawan Solo yang airnya mengalir sepanjan tahun; Bengawan Solo    
             sepanjang ± 63 km dengan debit   rata - rata 531,61 m3 / bulan (debit  
             maksimum 1.758,46 m3   dan  debit minimum 19,58 m3).
     c. Waduk, ketersediaan tampungan air di Kabupaten Lamongan dipenuhi
         dari keberadaan 38 waduk / embung efektif yang memiliki volume   
         tampungan   425.820.360 m3 dengan kapasitas efektif 229.563.800 m3.
         d.  Mata air, 60 titik mata air efektif, dengan total debit rata-  rata 1.595,50
              m3/detik.
  4).  Ketersediaan pasar tradisional di setiap kecamatan,
      6.1.2. Penyebab kelambanan peningkatan penghasilan petani tambak   bandeng di  
                kabupaten Lamongan:
    1. Produktifitas rendah, 1,9 ton / Ha / Tahun;
    2. Hasil produksi tidak sesuai standar permintaan pasar, 10      – 12    ekor / Kg.     
        Sementara  permintaan pasar  4 – 6 /    Kg;
    3. Harga Murah, yakni harga rata – rata Rp 7390,00 / Kg   dalam setahun.
    4.  Pemasaran Sistem Ijon ( dikuasai tengkulak, harga     ditentukan   setelah       
        barang laku  dari pasar ).
  6.1.3.   Pelaksanaan sistem manajemen pendidikan partisipatif yang diterapkan kpetani   tambak  bandeng masih tingkat Inisial, yakni pemerintah  Dinas terkaitmasih mendominasi  pola pendidikan danpelatihannya.
        6.2. Arahan Pengembangan SMPP
        6.2.1.   Dengan memaksimalkan faktor-faktor Strenght ( kekuatan ) dan  
         Opportunity  (  peluang ) yaitu:
  1. Meningkatkan komitmen Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam membantu sumberdaya baik sarana prasarana, dana, sumber daya manusia kepada petani tambak bandeng, agar bisa merebut pasar lokal dan antar daerah.
        2.Meningkatkan dukungan dari Dinas Perikanan dan Kelautan, untuk mewujudkan peningkatan Perekonomian Daerah Melalui Optimalisasi Usaha dan Pembedayaan Masyarakt di Bidang Perikanan dan     Kelautan dengan memanfaatkan kolam yang tersedia di Dinas Perikanan Dan Kelautan sebagai percontohan.
           3. Pengelolahan  lahan pertanian tambak bandeng dari tradisional ke intensif, agar bisa meningkatkan hasil produksi, sehingga bisa memenuhi kebutuhan konsumsi ikan baik lokal maupun antar daerah.
              4. Pemberdayaan SDM petani tambak bandeng dengan pendidikan dan pelatihan  yang tersistem dengan memanfaatkan dana stimulan dari pemerintah yang  tersedia dan swadaya.
        5. Memaksimalkan fungsi  kelompok petani tambak bandeng yang telah terbentuk dan pembentukan kelompok di Kecamatan Maduran, Sekaran dan Laren, agar bisa menggerakkan pasar yang tersedia di setiap kecamatan sebagai pasar ikan.
6.2.2. Meminimalkan Weaknes (kelemahan) dan Threaten (ancaman)
          yaitu:                                                         
1. Meningkatkan Produktifitas hasil pertanian tambak bandeng dengan         
    pengelolaan secara intensif dan menunda waktu panen
2. Meningkatkan harga jual hasil produksi  dengan meningkatkan    kualitasnya.
    3. Pejualan hasil produksi sistem lelang dengan menghidupkan   pasar di setiap
        kecamatan yang telah ada.
    4. Pembentukan kelompok petani tambak bandeng di setiap  desa   dengan    
        anggota maksimal 20 petani / Kelompok.
    5. Disediakan pasar ikan di setiap pasar yang tersedia di setiap   kecamatan,   
        agar mempermudah petani tambak untuk menjual   hasil produksinya.
         6. Memimalisir  pedagang yang memonopoli  dengan memebentuk  jaringan   
             pemasaran  antar daerah.
         7. Pasar ikan laut ( hasil tangkap ) dipisahkan dengan pasar ikan     budidaya.
    6.3.  Saran – Saran
           1. Pelaksanaan visi dan misi Dinas Perikanan dan Kelautan,     meningkatkan produktifitas perikan, terutama petani tambak, dilaksanakn dengan sungguh- sungguh dengan sistem menajemen pendidka partisipatif yang emansipatoris; artinya pelaksanaan sistem manajemen pendidikan petani tambak  mengikutsertakan petani tambak secara aktif, sementara Pemerintah, Dinas terkait sebagai fasilitator dan motovator yang dibutuhkan oleh mereka .Kegiatan  sistem mananjemen pendidikan partisipatif, meliputi:
1). Pengkajian potensi dan masalah;
2). Penyusunan RPJM perikanan;
3). Pelaksanaan Musyrendik perikanan;
4). Pembahasan dan penetapan anggaran;
5). Pelaksanaan program;
6). Pertanggungjawaban dan tindak lanjut program.
   2.  Meningkatkan harga hasil produksi pertanian Tambak, dengan memfasilitas  
        pembentukan jaringan pemasaran dari produsen ( Desa ) ke antar Kabupaten /   
        Kota se - Jawa Timur.
3. Diselenggarakan pelatihan cara  perawatan benih, cara pembesaran dan  
    pengelolaan hasil produksi yang dibutuhkan oleh  petani tambak, bukan yang dibutuhkan oleh Dinas terkait. Cara pengelolaan hasil produksi yang dimaksud adalah:
1). Pengeringan;
2). Penggaraman;
3). Pembekuan;
4). Pengasapan;
5). Bandeng Presto;
6). Otak otak dan lain - lain